Jalankan Transformasi Digital, 80% Perbankan Asia Pasifik Belum Untung

marketeers article
Ilustrasi bank digital. Sumber gambar: 123rf.

Backbase, perusahaan global di bidang engagement banking melaporkan hasil penelitian terbarunya bertajuk Customer-Centric Transformation by Balancing Build and Buy-A Collaborative Approach Towards Sustainable Digital Banking Architecture. Dalam penelitian itu, didapatkan fakta perbankan di kawasan Asia Pasifik menghabiskan dana sebesar US$ 10 juta atau setara Rp 153,2 miliar (kurs Rp 15.324 per US$) untuk mengembangkan bank digital.

Riddhi Dutta, Regional Vice President Asia Backbase menuturkan investasi besar masih belum membuahkan hasil yang maksimal yang mana 80% berkinerja buruk dan belum meraih imbal hasil atau Return-on-Equity (ROE) yang memuaskan dari inisiatif digital mereka. Kemudian, sebanyak 70% dari proyek ini gagal karena upaya internal yang mahal dan memakan waktu lama.

BACA JUGA: Bank Digital Diperkirakan Baru Terbukti Sukses dalam Dua Tahun

Riddhi menyebut penelitian ini melibatkan responden sebanyak 125 bank dan 316 Chief Information Officer (CIO) di kawasan Asia Pasifik, termasuk Indonesia. Backbase menguji pendekatan bawaan yang sudah lama ada dalam membangun solusi internal untuk platform engagement banking digital dan menemukan 65% bank menengah hingga besar di Asia Pasifik telah memilih untuk membangun platform perbankan keterlibatan mereka secara internal untuk menuju digital transformasi.

“Survei pada studi ini mengungkapkan bahwa strategi build dalam membangun platform perbankan masih belum dilirik oleh 68% CIO perbankan di Indonesia untuk melakukan transformasi digital,” kata Riddhi dalam konferensi pers virtual di Jakarta, Selasa (22/8/2023).

BACA JUGA: Dorong Pertumbuhan Bank Digital, Bank Jago Serukan Kolaborasi

Menurutnya, bank-bank di Indonesia memiliki preferensi yang jelas untuk strategi adopt and build daripada build. Adapun strategi adopt and build, yakni mengamati sistem bank digital yang telah sukses berjalan kemudian membangunnya kembali di internal perusahaan. 

Selanjutnya, strategi build, yakni membangun dari awal ekosistem bank digital. Khusus untuk bank di Indonesia, waktu yang dibutuhkan untuk memodernisasi sistem pembangunan membutuhkan waktu hampir dua kali lipat dibandingkan sistem pada platform adopt and build

Misalnya, peluncuran saluran digital baru seperti operasi untuk mobile dan cabang untuk satu lini bisnis membutuhkan waktu sekitar 12 bulan. Kendati demikian, dengan memanfaatkan platform engagement banking digital, bank dapat secara bersamaan membangun kemampuan layanan pinjaman untuk usaha mikro, kecil, dan menengah (UKM) serta menyelesaikan proses tersebut dalam jangka waktu yang lebih singkat hanya dalam setengah tahun.

“Bank Indonesia (BI) menyatakan penggunaan sistem perbankan digital diperkirakan meningkat dari Rp 40.000 triliun pada 2021 menjadi Rp 48.000 triliun pada 2022 untuk mengimbangi tingginya nasabah digital di Indonesia. Membangun platform engagement banking yang berpusat pada kebutuhan nasabah adalah parameter penting dalam memodernisasi alur layanan perbankan bagi nasabah dan pemilik bisnis serupa, serta membangun ekosistem keuangan yang inklusif dan saling terhubung,” ujarnya.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related