Kembangkan Manufaktur Listrik, PLN Gandeng Perusahaan Cina

marketeers article
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menerima cinderamata dari President Tebian Electric Apparatus (TBEA) Co., Ltd, (TBEA) Huang Hanjie setelah menyaksikan penandatanganan MoU. (Dok. PLN)

PT PLN (Persero) menjalin kerja sama dengan Tebian Electric Apparatus (TBEA) CO., Ltd, Cina untuk melakukan studi pengembangan bisnis manufaktur kelistrikan dalam rangka mendorong percepatan transisi energi di Indonesia. Kedua perusahaan telah menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) sebagai bentuk kesepakatan kolaborasi.

Darmawan Prasodjo, Direktur Utama PLN menuturkan kolaborasi ini dilakukan seiring dengan langkah transisi energi yang dikebut pemerintah. Ke depan, Indonesia akan beralih menuju sumber energi baru terbarukan (EBT).

BACA JUGA: PLN Mampu Produksi Energi Bersih 718.458 Megawatt

PLN terus menjalankan skenario transisi energi dengan menambah porsi pembangkit listrik berbasis EBT menjadi 75% dan 25% dari gas alam pada 2040 melalui supergrid dan smartgrid. Untuk mendukung itu, perseroan bergerak cepat menjalin kerja sama dengan perusahaan yang terbukti ahli dalam studi pengembangan usaha manufaktur peralatan maupun pembangkit listrik energi terbarukan.

“Kami membangun skenario transisi energi yang ambisius, tetapi kami tidak akan mampu menanggung beban ini sendirian, sehingga perlu melakukan kolaborasi. Kolaborasi kebijakan, kolaborasi teknologi, kolaborasi inovasi, kolaborasi investasi, dan lainnya,” ujar Darmawan melalui keterangannya, Jumat (20/10/2023).

BACA JUGA: PLN Bakal Masuk Bursa Karbon, Klaim Bisa Jadi Trader Terbesar di RI

Melalui MoU ini kedua belah pihak akan kerja sama dalam penelitian, pengembangan manufaktur peralatan dan infrastruktur kelistrikan hingga pembangkit listrik energi terbarukan, meliputi pembangkit listrik tenaga surya (PLTS), pembangkit listrik tenaga air (PLTA), pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB), pumped storage hydropower dan pembangkit listrik tenaga hidrogen di Indonesia.

Studi bersama ini juga akan segera disusun untuk mempercepat transfer pengetahuan, bisnis, teknis hingga manajemen risiko dalam pengembangan pembangkit energi terbarukan.

“Proses pengembangan ini termasuk juga untuk meningkatkan kapasitas pegawai PLN tentang pengembangan teknologi dan bisnis energi terbarukan,” ujarnya.

Sementara itu, President TBEA Huang Hanjie menjelaskan kerja sama dengan PLN merupakan pengembangan bisnis yang agresif. Melihat rencana transisi energi yang dilakukan oleh PLN, menjadi peluang bisnis potensial bagi TBEA.

Selain itu, TBEA juga tertarik untuk melakukan kerja sama investasi manufaktur peralatan infrastruktur ketenagalistrikan dalam rangka meningkatkan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) di Indonesia.

Sebagai perusahaan transmisi kelas dunia, TBEA menilai salah satu penguat pengembangan EBT adalah jaringan transmisi dan interkoneksi yang kuat dan fleksibel. Indonesia dengan sumber daya alam yang melimpah menjadi salah satu tonggak transisi energi dunia.

“Indonesia merupakan salah satu negara dengan potensi pembangunan yang agresif dan terdepan. Kami melihat kerja sama ini merupakan langkah yang baik untuk masa depan,” ujar Huang.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related