PLN Mampu Produksi Energi Bersih 718.458 Megawatt

marketeers article
Ilustrasi. (FOTO: Dok PLN)

PT PLN (Persero) melaporkan bisa memproduksi energi bersih sebesar 718.458 megawatt hour (MWh) hingga kuartal III tahun 2023. Dari capaian tersebut, perseroan menurunkan emisi karbon sebesar 717.616 ton CO2.

Darmawan Prasodjo, Direktur Utama PLN menuturkan perusahaan juga mampu meningkatkan penggunaan biomassa sebagai pengganti batu bara lewat teknologi co-firing di 41 Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di seluruh Indonesia. Melalui program ini, 41 PLTU memanfaatkan biomassa sebanyak 668.869 ton.

BACA JUGA: PLN Bakal Masuk Bursa Karbon, Klaim Bisa Jadi Trader Terbesar di RI

“Program co-firing langkah nyata PLN untuk menekan emisi karbon guna mempercepat transisi energi menuju Net Zero Emissions pada 2060,” kata Darmawan melalui keterangannya, Kamis (19/10/2023).

Menurutnya, penggunaan biomassa untuk program ini ditargetkan mencapai 1,08 juta ton pada akhir tahun 2023. Targetnya bakal terus ditingkatkan hingga tahun 2025 yang menembus 10,2 juta ton.

BACA JUGA: Transisi Energi, PLN Jalin Kemitraan Pembiayaan dengan Bank Investasi Asia

Selain itu, kata Darmawan, penerapan co-firing ditargetkan mampu menghasilkan listrik hijau hingga 942 ribu MWh pada akhir 2023. Dia optimistis dekarbonisasi sebesar 954.000 ton CO2 pada tahun 2023 bisa tercapai.

Apalagi, perseroan juga telah merancang peta jalan nasional program co-firing hingga tahun 2025 mendatang.

“Ke depan PLN akan lebih trengginas lagi mengimplementasikan program co-firing dari 41 PLTU yang sudah terealisasi ke PLTU lainnya sehingga secara  bertahap target 52 PLTU di 2025 nanti bisa tercapai dan terus menyumbang kontribusi peningkatan bauran energi baru terbarukan (EBT),” kata Darmawan.

Di samping itu, Darmawan menegaskan program co-firing bukan hanya upaya dalam mengurangi emisi karbon, tetapi juga mendukung ekonomi kerakyatan. Dalam pelaksanaannya, co-firing juga melibatkan masyarakat dalam penyediaan biomassa sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi kerakyatan sebagaimana prinsip environmental, social and governance (ESG).

Untuk itu, Darmawan mengajak masyarakat untuk terlibat aktif dalam menyediakan rantai pasok biomassa program co-firing. Biomassa yang dipergunakan di antaranya sawdust atau serbuk gergaji, serpihan kayu, cangkang sawit, bonggol jagung, dan bahan bakar jumputan padat.

“Dalam menyediakan rantai pasok ini, kami menjalin kerja sama dengan berbagai pihak mulai dari pemerintah daerah hingga kelompok masyarakat sehingga program ini memiliki dampak ekonomi untuk masyarakat secara langsung,” tutur Darmawan.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related