Kenapa Staycation Menjadi Tren di Kalangan Wisatawan

marketeers article
Woman waking up happy stretching sitting on comfortable bed looking out of big skyscraper window in modern hotel bedroom enjoying good morning and city view starting new day, wellbeing concept

Aktivitas traveling dan staycation terus mengalami peningkatan. Tren ini menjadi obat rindu bagi turis yang menginginkan traveling tapi belum berani sepenuhnya untuk berwisata. Akibatnya mereka lebih memilih untuk berlibur di hotel yang masih satu kota dengan tempat tinggalnya.

Menurut I Gede Arya Pering Arimbawa selaku Chairman IHGMA saat ini banyak wisatawan yang sudah ingin berwisata tetapi kondisi belum memungkinkan untuk mereka lakukan perjalanan wisata jarak jauh. Sehingga saat ini staycation menjadi salah satu opsi yang paling masuk akal.

Disampaikan pada acara Planet Tourism Indonesia, Rabu (29/7/2020) baginya hal ini perlu dioptimalkan oleh para pelaku perhotelan untuk menjawab tantangan tersebut. Tentunya hal ini harus tetap mengacu dengan protokol kesehatan yang dianjurkan oleh pemerintah.

Sebagai orang yang telah berkecimpung di industri perhotelan sejak lama, ia menilai bahwa apa pun situasinya harus tetap memberikan pelayanan yang terbaik kepada seluruh tamu. Ia juga menekankan bahwa industri perhotelan adalah industri yang sensitif dan amat rentan akan kondisi dan situasi ekternal.

“Oleh karenannya pelaku perhotelan harus memiliki semangat HERO. Yakni hope, evaluation, resilient, dan optimistic,” tutur Gede Arya.

Survei yang dilakukan oleh MarkPlus Tourism bertajuk Tourism After COVID-19 memperlihatkan adanya perubahan preferensi pariwisata oleh responden. Sebanyak 48% ingin melakukan wisata domestik dan 16% lebih memilih untuk berlibur dalam kota atau staycation.

Traveloka mencatat adanya permintaan staycation di dalam kota sejak Maret 2020. Adanya tren staycation menjadi pekerjaan rumah bagi industri perhotelan untuk dapat menciptakan lingkungan aman bagi para tamu yang berkunjung.

Survei konsumen Traveloka pada Maret lalu memperlihatkan bahwa setelah pandemi berakhir mereka akan tetap memerhatikan dan mempertahankan kebiasaan terkait kebersihan dan kesehatan, seperti sterilisasi dan desinfeksi (76%), penggunaan masker (65%), pembatasan jumlah dan jarak (45%).

    Related