Kian Populer, Aplikasi Video Conference Harus Prioritaskan Keamanan

marketeers article
business, people and technology concept businessman having video call with customer service operator or partner on pc computer at office

Kewajiban untuk membatasi aktivitas di luar rumah selama pandemi membuat masyarakat bergantung pada aplikasi video conference atau panggilan video. Namun, satu hal yang harus diperhatikan oleh pengguna dalam menggunakan aplikasi ini adalah seberapa aman teknologi ini dalam menjaga data privasi.

Mozilla membentuk Lima Standar Keamanan Minimun yang mengharuskan perusahaan yang terlibat dalam produksi perangkat yang terhubung internet untuk memenuhi kebutuhan keamanan privasi oleh penggunanya.

Lima standar yang wajib dipenuhi adalah enkripsi, pembaruan keamanan (security updates), persyaratan kata sandi yang kuat (strong passwords), pengelolaan kerentanan (vulnerability management), dan praktik-praktik terbaik untuk privasi data (privacy practices).

Mozilla melakukan penelitian terhadap 15 aplikasi untuk mendapatkan informasi mengenai privasi dan keamanan. Terdapat 12 aplikasi yang memenuhui Standar Keamanan Minimum, termasuk Zoom, Google Duo/Hangouts Meet, Apple FaceTime, Skype, Facebook Messenger, WhasApp, Jitsi Meet, Signal, Microsoft Teams, Blue Jeans, GoTo Meeting dan Cisco WebEx.

Sementara itu, terdapat tiga produk yang tidak memenuhi Standar Keamanan Minimum, yaitu Houseparty, Discord, dan Doxy.me.

Penelitian yang dilakukan oleh Mozilla tidak hanya menemukan Standar Keamanan Minimun, tetapi juga beberapa temuan lain yang bersangkutan dengan data privasi.

Pertama, persaingan yang ketat di ranah aplikasi panggilan video dapat menjadi kabar baik bagi konsumen. Sebelumnya Zoom dikritik karena kelemahan keamanan dan privasi. Karena ada banyak opsi panggilan video lainnya, Zoom pun bertindak cepat mengatasi masalah tersebut.

Persaingan yang ketat membuat setiap perusahaan penyedia aplikasi panggilan video sebisa mungkin memberikan kepastian keamanan bagi pengguna, termasuk keamanan data privasi.

Kedua, semua aplikasi menerapkan enkripsi dengan bentuk tertentu, namun tidak semua aspek keamanannya sama. Tidak semua aplikasi menggunakan enkripsi end-to-end. Aplikasi lainnya ada yang menggunakan client-to-server. Saat data bergerak dari satu titik ke titik lainnya, data tersebut tidak dapat dibaca. Namun, setelah data sampai di server perusahaan, barulah data tersebut bisa terbaca.

Ketiga, aplikasi panggilan video untuk keperluan bisnis dilengkapi dengan serangkaian fitur yang berbeda dari aplikasi panggilan video untuk keperluan sehari-hari. Aplikasi untuk bisnis cenderung memiliki serangkaian fitur yang lebih lengkap dan mampu untuk berlangganan akun premium.

Keempat, ada berbagai macam bentuk risiko pada aplikasi panggilan video seperti pada Facebook dan WhatsApp. Meski Facebook tidak menggunakan isi pesan sebagai target iklan, Facebook tetap mengumpulkan banyak informasi pribadi pengguna. Sedangkan di WhatsApp masih sangat banyak informasi salah yang beredar di aplikasi ini.

Terakhir, Mozilla menemukan bahwa semua 15 aplikasi tersebut memiliki fitur perekam yang terpasang tetap (built-in) memungkinkan peserta panggilan mengetahui jika mereka sedang direkam. Selain itu, mayoritas aplikasi juga memiliki kemampuan untuk mengatur panggilan video, sehingga mampu meminimalisir kejadian yang tidak disengaja.

Editor: Ramadhan Triwijanarko

Related