Libatkan Universitas, Pupuk Indonesia Perkuat Riset dan Inovasi

marketeers article
augmented mixed virtual reality use for various fields like research analysis, safety,rescue, terrain scanning technology, monitoring soil hydration ,yield problem and send data to smart farmer

PT Pupuk Indonesia (Persero) sedang memperkuat dan fokus dalam bidang riset dan inovasi. Perusahaan melihat aktivitas riset dan inovasi merupakan salah satu pilar strategis dalam program transformasi bisnis. Untuk mencapai misinya, Pupuk Indonesia menggandeng ekosistem akademi dengan menggelar ajang kompetisi riset pertanian Fertinnovation Challenge 2021.

Ajang yang telah memasuki tahap akhir ini, telah menetapkan sembilan tim pemenang dan tujuh karya prospektif. Nugroho Christijanto, Wakil Direktur Utama Pupuk Indonesia, mengemukakan, bahwa Fertinnovation Challenge merupakan sebuah komitmen Pupuk Indonesia Group untuk menumbuhkan dan mengembangkan inovasi dan kolaborasi secara khusus dengan generasi milenial dan civitas akademika dan universitas. 

“Tahun 2021 ini menjadi tahun pertama kompetisi inovasi yang melibatkan seluruh perguruan tinggi di Indonesia. Kompetisi ini menyasar secara holistik inovasi pertanian dari sistem produksi pupuk, teknologi pertanian presisi bahkan juga aspek rantai nilai pertanian,” kata Nugroho, dalam siaran pers di Jakarta.

Tak hanya itu, Fertinnovation Challenge 2021 dapat memperkuat sinergi dan kolaborasi yang positif antara industri dan akademisi ke depannya. Ajang ini diharapkan dapat melahirkan sosok-sosok inspiratif yang memberikan dampak baik bagi perkembangan dan pertumbuhan Indonesia. 

“Satu hal terpenting dari sebuah ide adalah bagaimana mengimplementasikan ide tersebut menjadi karya yang berdampak nyata,” kata Nugroho. 

Sebanyak 334 karya meramaikan kompetisi riset pertanian Fertinnovation Challenge 2021 ini. Dari 334 karya, tercatat 99 karya yang lolos tahapan screening awal. Seluruh karya ini berasal dari sekitar 22 universitas atau perguruan tinggi di seluruh penjuru Indonesia seperti Aceh, Gorontalo, bahkan Sumbawa. 

Lima universitas penyumbang karya terbanyak dalam ajang ini adalah Universitas Brawijaya, Institut Teknologi Bandung, Universitas Gadjah Mada, Universitas Teknologi Sumbawa, dan Institut Teknologi Sepuluh November. 

Terdapat tiga kategori yang dilombakan dalam ajang Fertinnovation Challenge 2021, yakni Innovation in Smart and Precision Agriculture, Innovation in Agriculture Value Chain, dan Innovation in Fertilizer Production System.

Sebagai bentuk apresiasi kepada para finalis, Pupuk Indonesia telah menyiapkan total hadiah hadiah mencapai Rp 300 juta bagi para pemenang. Selain itu, para finalis juga berkesempatan mendapatkan pembiayaan inkubasi riset hingga Rp 1,5 miliar dalam bentuk pengembangan ide riset, magang eksklusif, dan coaching. 

Pemenang

Adapun pemenang untuk kategori Innovation in Smart and Precision Agriculture adalah Ni Putu Eka Dwi Yanti dan Oki Trisna Sekar Arum dari Universitas Brawijaya. Judul karya yang dibawa adalah Pengembangan Sensor Berbasis Spektroskopi Flouresensi untuk Prediksi Kondisi Tanaman Kedelai dan Hubungannya dengan Kebutuhan Pupuk Makro. 

Sementara kategori Innovation in Agriculture Value Chain dimenangkan oleh Astri Diani Nur Mufihah dan Luvy Dellarosa dari Institut Teknologi Bandung dengan judul makalah Penggunaan Kompos Sampah Organik sebagai Campuran Bahan Baku Produksi Pupuk Organik Komersial untuk Penguatan Ekonomi Sirkuler Pengelolaan Sampah Kota dan Industri Pupuk. 

Untuk kategori Innovation in Fertilizer Production System dimenangkan oleh Fadhlih Al-Zaki Sitorus dan Alfi Zahraini dari Universitas Gadjah Mada. Keduanya membawa judul karya “NEOSFER” Nano Encapsulated Slow Release Fertilizer. Pupuk Slow Release dari Asam Humat Batu Bara Muda Terenkapsulasi Nano Silikakitosan untuk Aplikasi Pertanian Presisi Indonesia. 

Sementara tujuh tim dengan karya paling prospektif antara lain dimenangkan oleh Melati Julia Rahma dan Jihan Valencia Amily dari Universitas Brawijaya, tim Novandion Rafly Kurniawan dan Muhammad Ainul Yaqin dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember, dan Sarono dari Universitas Gadjah Mada.

Related