Luhut Ungkap Investasi Proyek Baterai Tembus US$ 19 Miliar

marketeers article
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan. Sumber gambar: Humas Menko Marves.

Pemerintah terus mendorong adanya hilirisasi komoditas nikel untuk meningkatkan nilai tambah bagi perekonomian nasional. Salah satu upaya yang dilakukan dengan melakukan pengolahan menjadi baterai lithium.

Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) mengungkapkan sejauh ini Indonesia telah berhasil menarik investasi utama untuk baterai Electric Vehicle (EV), seperti di antaranya CATL dan LG Energy Solution, yang merupakan dua produsen Li-Battery terbesar di dunia. Selain itu, pemain material baterai utama seperti CNGR, BTR, Huayou, BASF, dan GEM telah berinvestasi di Indonesia.

BACA JUGA: Bahlil Lahadalia Akui Hilirisasi Industri Terganjal Kesiapan SDM

Hal ini akan menempatkan Indonesia sebagai pemain kunci dalam rantai pasokan global untuk transisi energi. 

“Melalui hilirisasi nikel menjadi baterai lithium dan Indonesia memiliki cadangan logam utama yang signifikan. Investasi dalam proyek terkait material baterai ini diperkirakan mencapai lebih dari US$ 19 miliar. Industri Hilir akan terus berlanjut dan dikembangkan di Kawasan Industri di Kalimantan Utara di mana akan menjadi Industri Petrokimia terbesar,” kata Luhut melalui keterangannya, Senin (31/10/2022).

BACA JUGA: WTO Gugat RI soal Nikel, Perhapi Dukung Kelanjutan Program Hilirisasi

Menurutnya, dengan upaya hilirisasi yang dilakukan pemerintah akan menjadi solusi menghadapi ketidakpastian ekonomi global yang bakal terjadi tahun depan. Sebab, kondisi tersebut dipastikan berdampak pada penurunan harga komoditas utama.

Agar ekonomi dalam negeri makin kuat, kata Luhut, reformasi investasi yang memberikan insentif baik fiskal dan nonfiskal akan terus dilakukan dengan tujuan menarik lebih banyak pemodal. Tercatat, dengan cara seperti itu dalam lima tahun pemerintah dapat mendapatkan Foreign Direct Investment (FDI) sebesar US$ 100 miliar.

“Ketidakpastian situasi geopolitik dan tren penurunan harga komoditas utama Indonesia baru-baru ini menjadi tantangan utama bagi perekonomian kita tahun depan. Namun, kebijakan pemerintah untuk meningkatkan nilai tambah sumber daya alam telah memberikan kontribusi untuk meningkatkan ketahanan ekonomi kita terhadap ketidakpastian ekonomi global tahun ini,” ujarnya.

“Indonesia akan menggunakan sumber daya mineralnya yang kaya seperti nikel, tembaga, kobalt, dan bauksit (aluminium) dikombinasikan dengan sumber listrik yang kompetitif dan melimpah termasuk energi terbarukan seperti tenaga air dan panas bumi untuk lebih menarik investasi yang dapat mengubah perekonomian kita di masa depan,” tutur Luhut.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related