Memahami Amortisasi dari Metode hingga Perbedaannya

marketeers article
Memahami Amortisasi Dari Metode Hingga Perbedaannya (FOTO:123RF)

Amortisasi adalah istilah akuntansi yang mengacu pada pengurangan nilai suatu aset dalam jangka waktu tertentu. Aset yang dimaksud dalam hal ini, meliputi hak paten, merek dagang, atau lisensi dan lain sebagainya. Dalam konteks akuntansi, amortisasi juga dikenal dengan sebutan penyusutan.

Tujuan dari penggunaan amortisasi adalah untuk mencatat penurunan nilai aset tersebut secara proporsional selama jangka waktu tertentu. Proses amortisasi sangat penting dalam mencatat nilai aset secara akurat, juga membantu perusahaan untuk menentukan nilai buku aset mereka setiap saat.

Dalam buku “Standar Akuntansi Keuangan” yang diterbitkan Ikatan Akuntansi Indonesia, amortisasi harus mencerminkan pola konsumsi manfaat ekonomis oleh perusahaan. Amortisasi biasanya diakui sebagai beban. Namun, terkadang manfaat ekonomis yang terkandung dalam suatu aset diserap oleh perusahaan untuk menghasilkan aset lain dan tidak menimbulkan beban.

Berikut metode dan perbedaan amortisasi dengan depresiasi yang telah dirangkum oleh redaksi Marketeers.

Apa saja contoh dari amortisasi?

BACA JUGA: Contextual Marketing, Membawa Pesan yang Relevan di Saat yang Tepat

Ada beberapa metode yang digunakan dalam menghitung amortisasi, di antaranya adalah metode garis lurus, metode saldo menurun, dan metode produksi. Metode garis lurus menghitung amortisasi dengan membagi nilai aset dengan umur aset. Misalnya, jika nilai sebuah mesin adalah Rp 100 juta dan umurnya adalah 10 tahun, maka amortisasi per tahunnya adalah Rp 10 juta.

Metode saldo menurun, di sisi lain, menghitung amortisasi dengan menggunakan persentase tetap dari nilai aset yang tersisa setiap tahunnya. Dalam metode ini, jumlah amortisasi akan semakin kecil seiring berjalannya waktu. Misal, nilai sebuah mesin Rp 100 juta dengan umur 10 tahun, maka pada tahun kelima, nilai amortisasinya adalah Rp 50 juta.

Sedangkan metode produksi menghitung amortisasi berdasarkan jumlah produksi atau penggunaan aset tersebut. Contoh, jika nilai mesin adalah Rp 100 juta dan mampu memproduksi 1 juta unit selama mesin beroperasi sampai rusak, maka nilai amortisasinya adalah Rp 100 per unit.

Apa perbedaan antara depresiasi dan amortisasi?

BACA JUGA: Lumpsum: Definisi, Cara Memahaminya dan Contohnya

Dalam buku “Investasi Saham ala Fundamentalis Dunia” Ryan Filbert Wijaya menerangkan bahwa amortisasi digunakan untuk menggambarkan penurunan nilai aset yang terjadi pada aset yang tidak berwujud atau tidak berbentuk fisik, seperti hak paten, merek dagang, atau lisensi. Sedangkan depresiasi digunakan untuk menggambarkan penurunan nilai aset yang terjadi pada aset yang berwujud atau berbentuk fisik, seperti mesin, kendaraan, atau gedung.

Kesimpulannya, amortisasi adalah proses penting dalam akuntansi yang membantu perusahaan untuk mencatat dan mengurangi nilai aset mereka secara akurat selama jangka waktu tertentu. Metode yang digunakan dalam menghitung amortisasi harus dipilih dengan cermat untuk memastikan akurasi dan keandalan informasi keuangan perusahaan.

Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz

Related