Memahami Local Pride dalam Membentuk Merek yang Menggoda

marketeers article
CMC X Elizabeth at Universitas Gadjah Mada. Foto: Marketeers

Dalam era globalisasi, saat persaingan bisnis makin ketat, berbagai pertanyaan bermunculan, termasuk bagaimana suatu merek dapat menjadi “cool brand” yang sangat diinginkan oleh konsumen. Sebuah wawasan yang penting adalah bagaimana memahami dan menghargai akar budaya lokal atau local pride sebagai fondasi yang kuat untuk membentuk merek yang menarik.

Sebagai bentuk dedikasi dalam memperkaya wawasan mahasiswa seputar dunia pemasaran, khususnya terkait local pride, Campus Marketeers Club (CMC) yang diinisiasi oleh Marketeers kembali diadakan. Kali ini, dalam kerja sama yang erat dengan Elizabeth, merek fesyen lokal yang berdiri sejak dekade 60-an, CMC X Elizabeth menggelar roadshow ke empat kota di Indonesia.

Salah satu pemberhentian spesial dari roadshow ini adalah di Universitas Gadjah Mada, melalui kolaborasi bersama CSDU Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada. Di pemberhentian ini, CMC mengusung tema “Local Pride: Creating An Eye-Catching Brand for Next-Gen Consumer” yang bertujuan untuk membedah lebih dalam mengenai strategi untuk memenangkan pangsa pasar.

BACA JUGA: Genap Berusia 60 Tahun, Elizabeth Tangkap Momentum Tren Brand Lokal

Berdasarkan penuturan dari Sigit Kurniawan, Editor in Chief Marketeers, untuk membangun merek yang keren, merek perlu menganalisis bisnisnya dengan mempertimbangkan empat faktor, yakni perubahan teknologi, ekonomi, pasar, dan regulasi; kompetisi di pasar; pemahaman tentang pelanggan; dan strategi merek untuk menghadapi perubahan di pasar.

Sigit juga membagikan konsep Threats, Opportunities, Weakness dan Strengths (TOWS) sebagai pengganti Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats (SWOT) untuk menganalisis situasi bisnis secara eksternal. 

“Ini membantu merek untuk lebih fokus pada perubahan di pasar dan peluang yang ada, sebelum mempertimbangkan kekuatan dan kelemahan mereka,” katanya.

Selanjutnya, Sigit menjelaskan pentingnya branding yang kuat. Ia menyebut tiga elemen utama yang harus dimiliki oleh merek untuk menjadi cool brands, yakni positioning, differentiation, dan branding

Positioning adalah tentang bagaimana merek ingin dilihat oleh pelanggan, diferensiasi adalah tentang apa yang membuat merek berbeda dari kompetitor, dan branding adalah tentang cara merek dikenal,” ujar Sigit.

Diferensiasi dapat dicapai melalui konten, konteks, dan infrastruktur. Konten berkaitan dengan apa yang ditawarkan merek kepada pelanggan. 

Konteks adalah cara merek menyajikan produk atau layanan, dan infrastruktur adalah teknologi yang digunakan untuk mendukungnya. Sigit kemudian menyarankan agar perusahaan selalu melihat bisnis dari sudut pandang pelanggan. 

Menurutnya, memahami apa yang pelanggan butuhkan, rasakan, dan harapkan adalah kunci kesuksesan dalam membangun merek yang keren. Terakhir, Sigit menggarisbawahi pentingnya kreativitas dalam membangun merek yang keren. 

“Kreativitas adalah faktor ajaib yang dapat membuat merek menonjol dan menarik perhatian pelanggan. Dengan ide-ide kreatif, merek dapat terus menarik perhatian dan tetap relevan di pasar yang terus berubah,“ tuturnya.

Salah satu merek yang berhasil menerapkan berbagai strategi tersebut adalah Elizabeth, merek fesyen dari Indonesia yang berdiri sejak tahun 1963. Merek ini memiliki visi untuk menjadi merek lokal terbaik dan terdepan di bidang fesyen. 

Untuk mencapai visi ini, Elizabeth berkomitmen untuk menyediakan produk berkualitas, beragam, dan selalu berinovasi.

BACA JUGA: Mengungkap Karakteristik Gen Z: Apakah Mereka FOMO dan Individualis?

Selama lebih dari 60 tahun, Elizabeth mampu beradaptasi dan melakukan inovasi dengan perubahan lingkungan dan percepatan pertumbuhan teknologi. Merek ini juga telah menyesuaikan diri dengan perilaku konsumen yang makin beralih ke belanja online dengan hadir di berbagai platform.

Salah satu nilai utama dari Elizabeth adalah keaslian. Merek ini sering kali terlibat dalam program-program pemberdayaan masyarakat, seperti pelatihan kerja dan pendidikan, dan mendukung komunitas-komunitas lokal.

“Kami juga selalu berupaya untuk terus berinovasi dalam produk dan layanan. Tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan konsumen saat ini, namun juga memikirkan masa depan dengan memperkenalkan produk dan teknologi baru yang relevan,“ kata Vernalyn Subali, Head of Designer Elizabeth.

Dalam merancang produk mereka, Elizabeth melakukan riset yang mendalam tentang kebutuhan dan preferensi pasar lokal. Produk mereka, seperti tas, didesain dengan memperhatikan tuntutan konsumen Indonesia yang suka kompartemen banyak dan desain klasik yang bisa digunakan dalam berbagai aktivitas.

Tidak hanya itu, meskipun menggunakan bahan kulit sintetis, Elizabeth tetap menjaga kualitas produk mereka dengan cermat selama proses produksi. Tidak hanya tas, merek ini juga memiliki berbagai macam produk yang mencakup berbagai kategori, seperti pakaian, tas, sepatu dan aksesori lainnya. 

“Meskipun menawarkan kualitas yang baik dan produk yang beragam, kami memberikan harga yang bersaing dan terbaik,“ ujar Vernalyn.

Vernalyn kemudian menjelaskan tiga faktor penting yang dilakukan Elizabeth untuk menjaga keberhasilan mereka selama lebih dari 60 tahun. Pertama, desainnya yang tidak hanya mengikuti tren, tetapi juga menciptakan tren. 

“Inovasi juga menjadi alasan utama kami untuk sampai di usia ini. Tidak hanya itu, pelayanan pelanggan yang luar biasa turut menjadi kunci,” kata Vernalyn.

Strategi Menjadi Top Of Mind

Untuk menjadi top of mind, merek ini melakukan berbagai pendekatan. Pertama, melakukan pemasaran digital dan berkolaborasi. 

Merek ini sering kali mengadakan acara, termasuk fashion show dan kolaborasi dengan merek-merek lainnya. Hal ini bertujuan untuk membangun kepercayaan dan memperluas pangsa pasar. 

Selain itu, memiliki ciri khas. Menurut Vernalyn, merek harus memiliki ciri khas khusus yang bisa diingat oleh masyarakat.

Kesimpulannya, dalam berbisnis, penting untuk memahami nilai yang dapat merek tawarkan kepada pelanggan dan berfokus pada diferensiasi yang membedakan produk merek dari yang lain.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related