Mengapa Upskilling dan Reskilling Makin Perlu di Era Sekarang?

marketeers article
Mengapa Upskilling dan Reskilling Semakin Perlu di Era Kini? (FOTO: 123RF)

Dalam era yang terus berkembang dengan cepat, saat teknologi terus maju, dan kebutuhan pasar kerja berubah secara dinamis, konsep upskilling dan reskilling menjadi krusial dalam pemahaman dan persiapan individu terhadap dunia kerja yang terus berubah. 

Dalam hal ini, upskilling dan reskilling telah menjadi kunci utama dalam menjaga daya saing dan relevansi di pasar kerja yang kompetitif.

Upskilling merujuk pada proses memperbarui, meningkatkan, atau memperluas keterampilan yang sudah dimiliki seseorang. Ini sering kali terjadi di dalam bidang yang sama, yang mana individu meningkatkan keterampilan mereka yang sudah ada atau mempelajari keterampilan baru yang terkait dengan pekerjaan atau industri mereka. 

Misalnya, seorang profesional teknologi yang belajar bahasa pemrograman baru untuk tetap terkini dalam industri IT. Reskilling, di sisi lain, melibatkan proses mempelajari keterampilan baru yang mungkin berbeda secara signifikan dari bidang pekerjaan atau industri sebelumnya seseorang. 

Ini bisa menjadi pilihan yang penting ketika perubahan signifikan terjadi di industri tertentu atau ketika peran pekerjaan menjadi usang atau tergantikan oleh teknologi. Sebagai contoh, seseorang yang beralih dari industri manufaktur tradisional ke bidang keuangan teknologi.

Riset McKinsey menunjukkan ada 11,8 juta pekerja yang terpaksa berganti pekerjaan. Bahkan, 9 juta di antaranya harus mencari profesi baru pada 2030 nanti.

BACA JUGA: 5 Keahlian Seorang Leader dalam Melakukan Proses Manajemen Perubahan

Menurut studi, jumlah pekerjaan dalam beberapa jenis peran akan menurun lebih dari 600.000 pada tahun 2030. Prediksi ini disebabkan oleh fakta bahwa pekerjaan umumnya melibatkan tugas-tugas yang berulang, seperti pengumpulan data, dan proses dasar pengolahan data, yang semuanya dapat diotomatisasi oleh sistem dengan efisiensi tinggi.

Penelitian juga menunjukkan chatbot bahkan lebih efektif dalam memengaruhi permintaan untuk peran penjualan retail. Lebih spesifik, sekitar 75% penurunan proyeksi pekerjaan terfokus pada empat kategori utama, yakni dukungan kantor (seperti sekretaris dan teller), layanan pelanggan dan penjualan, pekerjaan produksi, serta pelayanan makanan.

COO Marketeers Marthani Tan menilai peran perusahaan juga penting dalam pengembangan keahlian karyawannya. Para Human Resources (HR) bisa menggunakan metode pendekatan dinamis dalam program upskilling dan reskilling untuk karyawannya.

Metode pendekatan dinamis merupakan penggabungan antara metode prediktif dan reaktif. Metode prediktif menganalisis berdasarkan historis untuk menentukan kebutuhan keahlian individu, sementara reaktif menganalisis tren dan perubahan dan menyesuaikan kebutuhan keahlian individu.

“Menggunakan pendekatan yang dinamis, karyawan dapat menerapkan 75% keahlian yang mereka pelajari,” kata Marthani dalam acara MMT in Technomarketing Forum yang digelar MarkPlus Institute dan SiMT ITS secara virtual, Rabu (22/11/2023).

Meski banyak peran profesi yang akan tergantikan oleh teknologi, peran manusia tetap dibutuhkan. Selaras dengan prinsip 4C Diamond, teknologi berperan sebagai faktor perubahan yang tak lepas dari pelaku perubahan, yakni manusia itu sendiri.

“Teknologi menjadi alat membantu mengambil keputusan. Peran manusia penting untuk menggunakan teknologi ini,” kata Ferdy Herdi Hartanto, Senior Manager MarkPlus Institute.

Dalam proses upskilling dan reskilling, biaya kerap menjadi alasan mengapa banyak individu maupun perusahaan enggan melakukan hal ini. Muhamad Ikrar, GM of Corporate Learning & Development SIG menilai tidak selalu dua proses itu memerlukan biaya yang besar.

BACA JUGA: 4 Soft Skills Krusial di Masa Depan, agar Tak Kalah Saing dengan AI!

Dia menilai SIG mampu menerapkan dua proses tersebut dengan sembilan model belajar dan diiringi oleh proses evaluasi. Ikrar melanjutkan peran perusahaan tak hanya memfasilitasi setiap karyawan, namun juga mendorong kemauan untuk terus belajar.

“Kita tidak bisa selalu berfungsi sebagai fasilitator. Kita harus mendorong kebutuhan belajar menjadi kebutuhan individu,” ujarnya.

Dalam dunia yang terus berubah, upskilling dan reskilling menjadi landasan bagi pertumbuhan dan adaptasi individu terhadap perubahan yang terjadi di pasar kerja. Dengan memahami pentingnya belajar secara berkelanjutan dan terus mengembangkan keterampilan, individu dapat menavigasi perubahan tersebut dengan lebih percaya diri dan sukses.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related