Mengenal Textationship, Tren Hubungan Virtual di Kalangan Gen Z

marketeers article
Ilustrasi (Foto: 123rf)

Teknologi digital telah membawa perubahan besar dalam cara seseorang menjalin hubungan. Salah satu fenomena yang muncul adalah textationship, hubungan virtual yang hanya terjadi melalui pesan teks tanpa adanya pertemuan langsung atau komunikasi melalui telepon.

Hubungan semacam ini belakangan menjadi tren di kalangan Gen Z, yang dikenal akrab dengan teknologi. Kendati terlihat praktis, textationship memiliki sisi positif dan negatif yang patut Anda ketahui sebelum terlibat dalam hubungan ini. Melansir Times of India, berikut penjelasannya:

BACA JUGA: 6 Drama Korea yang Tayang Januari 2025, Penuh Komedi!

Apa Itu Textationship?

Textationship berasal dari gabungan kata “texting” dan “relationship,” yang menggambarkan hubungan yang sepenuhnya dijalankan lewat teks. Dalam hubungan ini, kedua belah pihak yang terlibat bisa berbagi cerita, perasaan, bahkan momen intim tanpa bertemu secara langsung.

Salah satu alasan yang membuat hubungan virtual ini populer di kalangan Gen Z ialah karakter generasi itu sendiri yang sangat bergantung pada teknologi serta mengutamakan kenyamanan dalam banyak aspek kehidupan.

Textationship menawarkan rasa aman dengan adanya waktu untuk berpikir sebelum merespons, sehingga mengurangi tekanan dalam percakapan. Ini juga memungkinkan mereka membangun hubungan dengan usaha yang minim, memberikan fleksibilitas tanpa ikatan.

BACA JUGA: 5 Drama Cina yang Tayang Januari 2025, Bikin Baper Semua!

Kekurangan Textationship dan Cara Mengatasinya

Meski terlihat sederhana, textationship membuat hubungan kurang ‘nyata’. Ini karena pesan teks tak bisa menggantikan aspek penting dari interaksi manusia, seperti nada suara, ekspresi wajah, atau bahasa tubuh, yang menjadi kunci dalam membangun kedekatan emosional.

Textationship juga bisa menciptakan harapan yang tidak realistis terhadap seseorang, sehingga ketika hubungan ini diuji dalam dunia nyata, hasilnya kerap mengecewakan. Komunikasi melalui teks saja pun rentan terhadap kesalahpahaman, yang lantas memicu konflik dalam hubungan.

Guna menghindari dampak negatif ini, penting untuk menjaga keseimbangan dalam hubungan virtual. Misalnya, dengan menetapkan batasan sejak awal seperti membatasi waktu bertukar pesan atau secara perlahan beralih ke pertemuan langsung.

Cara lainnya adalah melibatkan aktivitas bersama yang nyata untuk memperkuat hubungan dan menciptakan koneksi yang lebih mendalam.

Dengan langkah-langkah ini, textationship dapat diubah menjadi hubungan yang lebih bermakna tanpa kehilangan esensi kedekatan emosional.

Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz

Related

award
SPSAwArDS