Menggali Simfoni Content Marketing dan Advertising dari Red Bull

marketeers article
Ilustrasi content marketing yang dilakukan oleh Red Bull. (FOTO: Red Bull)

Asumsi soal content marketing (CTM) dan advertising merupakan salah satu asumsi yang dibahas dalam Marketeers Tech For Business 2024. Dalam kegiatan rutin tahunan itu, sudut pandang yang diangkat adalah mitos soal content marketing adalah hal yang sama dengan advertising.

Kali ini, mitos itu dipecahkan oleh Aditya Sofyan, Strategic Director dentsu Indonesia. Di seminar yang digelar di CGV Grand Indonesia itu, Aditya Sofyan menegaskan bahwa anggapan soal content marketing adalah hal yang sama dengan advertising merupakan sebuah mitos.

Content marketing dan advertising adalah hal yang berbeda. Kedua tools itu memiliki fungsinya masing-masing dan dilakukan dengan cara yang berbeda pula,” kata Aditya Sofyan dalam Marketeers Tech For Business 2024 yang digelar pada Selasa (4/6/2024).

BACA JUGA: dentsu: Game dan AI Jadi Salah Satu Tren dalam Strategi Marketing 2024

Ia menilai, untuk mencapai hasil yang terbaik, sebuah merek harus melakukan content marketing dan advertising. Dengan kata lain, kedua hal itu tidak untuk saling menggantikan tapi untuk saling melengkapi.

Di pemaparanya, ia menjadikan Red Bull sebagai contoh. Karena, merek energy drink itu merupakan merek yang berhasil menuai hasil manis dari simfoni atau perpaduan dari content marketing dan advertising.

“Red Bull menggunakan iklan sebagai sarana untuk meningkatkan awareness. Hal itu dilakukan untuk membuat orang mengenal Red Bull dan membuat orang yang telah mengenal Red Bull tertarik untuk membeli produk Red Bull,” ujarnya.

content marketing
Aditya Sofyan, Strategic Director dentsu Indonesia. (FOTO/ Marketeers)

Dalam iklan, konten-nya sangat meng-ekspos produk dan identitas. Inti pesan yang disampaikan adalah keunggulan dan manfaat dari produk yang ditawarkan.

Sementara, Red Bull menggunakan CTM untuk menyajikan value. Karenanya, konten yang disajikan tak memberi ekspos pada produk. Logo pun hanya ditampilkan sebagai sisipan konten untuk menegaskan bahwa konten tersebut merupakan konten yang dihadirkan oleh Red Bull.

Lewat CTM, Red Bull menitikberatkan pada aktivitas-aktivitas ekstrim. Lewat aktivitas itu, udiens diajak untuk tenggelam dalam ketegangan dan lonjakan adrenalin yang ditimbulkan dari aktivitas itu.

BACA JUGA: Gelar Sport Marketing, Red Bull Kembali Adakan RBBC 2023

Dengan konten itu, Red Bull secara tak langsung menyampaikan pesan bahwa energy drink bisa membuat seseorang menembus batas kemampuan. Artinya, Red Bull menjadikan CTM sebagai enabler atau sarana yang menjembatani untuk menyampaikan value.

Content marketing menjadi sarana yang tepat untuk menyampaikan value karena mampu menjadi sarana untuk membangun ketertarikan dan membangun relasi dengan konsumen. Selain itu, content marketing juga mejadi sarana untuk menyapaikan edukasi atau informasi,” kata dia.

Berkat simfoni yang apik antara iklan dan content marketing, Red Bull berhasil menjadi merek ketiga paling bernilai. Karena, merek itu berhasil mengantongi market share sebesar 43% dengan penjualan global sebanyak 12,1 miliar kaleng produk Red Bull.

Related

award
SPSAwArDS