Menilik Potensi dan Ancaman Nikel di Indonesia Imbas Tren EV Global

marketeers article
Menilik Potensi dan Ancaman Nikel di Indonesia Imbas Tren EV Global. (Dok. Telapak)

Nikel dan lithium ferro-phosphate (LFP) merupakan bahan baku penting dalam pembuatan baterai electric vehicle atau EV. Baik nikel maupun LFP memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Bicara soal baterai EV, nikel memiliki kelebihan dalam ketersediaan yang melimpah, harga yang relatif rendah, dan energi yang tinggi, tetapi penambangan nikel sering kali berdampak buruk pada lingkungan dan masyarakat sekitar. Di sisi lain, LFP dikenal karena keamanannya yang lebih baik dan umur pakainya yang lebih panjang, namun energi yang dihasilkannya cenderung lebih rendah daripada nikel.

Isu hilirisasi nikel di Indonesia telah menjadi perbincangan hangat, dengan beberapa pihak mengkritik pendekatan yang dianggap terlalu agresif dan hanya menguntungkan segelintir orang.

BACA JUGA: Jusuf Kalla: Sumber Nikel di Indonesia Dimonopoli Negara Asing

Dari perspektif lingkungan, proyek-proyek nikel juga menimbulkan kekhawatiran khusus. NGO lingkungan hidup Perkumpulan Telapak menyoroti masalah ini.

Muhammad Djufryhard, Coordinator Media Site Visit Telapak menggarisbawahi dampak dari kegiatan tersebut, bukan hanya dalam hal ekonomi tetapi juga dalam hal kesejahteraan masyarakat dan lingkungan.

“Meskipun beberapa perusahaan nikel telah mengikuti pedoman pemerintah tentang keberlanjutan lingkungan, masih ada kebutuhan untuk lebih transparan dalam hal ini,” kata Djufryhard dalam laporannya, Kamis (29/2/2024).

Peran penting nikel dalam ekonomi sosial Indonesia dan potensi dampak negatifnya terhadap lingkungan jika tidak dikelola dengan baik juga perlu diperhatikan.

BACA JUGA: Luhut: Kejelasan Nikel RI pada IRA Diputuskan November 2023

Berdasarkan hasil studi sosial komprehensif Perkumpulan Telapak menunjukkan beberapa perusahaan telah melakukan upaya nyata untuk mengurangi dampak lingkungan dan memberdayakan masyarakat setempat. Meskipun demikian, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) menyoroti potensi dampak buruk yang mungkin terjadi, terutama di Pulau Obi yang saat ini dikelilingi oleh 19 tambang nikel.

Fanny Tri Jambore, Manajer Kampanye Tambang & Energi WALHI menyebut pulau Obi saat ini sudah dikelilingi oleh 19 tambang nikel. Menurutnya kerusakan lingkungan pasti tak terhindarkan.

“Perlu adanya perubahan paradigma kebijakan secara menyeluruh yang mengarah pada proteksi lingkungan dan masyarakat lingkar tambang. Upaya Telapak perlu diapresiasi, tinggal bagaimana cara mengawalnya secara menyeluruh,” ujar Fanny.

Sementara itu, Jaringan Advokasi Tambang atau Jatam Muhammad Jamil berharap perhatian terhadap nikel dapat memperluas wawasan masyarakat tentang situasi sebenarnya di lapangan.

“Penting untuk memperhatikan dampak ekonomi, sosial, dan lingkungan dari kegiatan pertambangan nikel di Indonesia,” tutur Jamil.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related