Pentingnya Mengelola Toko Online dan Offline

profile photo reporter Estu Maranti
EstuMaranti
22 September 2020
marketeers article
Internet online shopping concept with laptop and shopping-cart.Vintage tone retro filter effect,soft focus(selective focus)

Pemasar terus dituntut untuk menghasilkan strategi marketing yang kreatif dan inovatif, terlebih saat masa krisis. Tujuannya tidak hanya membuat perusahaan bertahan, tetapi juga tetap tumbuh. Saat ini, banyak merek berlomba-lomba memasarkan produknya di ranah online. Namun, pemasar perlu berhati-hati tidak semua produk bisa dijual secara daring.

“Memang, merambah dunia online diperlukan saat ini. Tetapi, pemasar juga harus menyeimbangkan antara toko online dan offline. Ingat, toko online menghadirkan convenient atau kemudahan dalam berbelanja, tetapi toko offline memberikan kenyamanan pelanggan dalam memilih produk karena mereka melihat langsung produk tersebut,” kata Elkana Timotius, GM Retail Business Rodalink Indonesia.

Elkana juga menuturkan, era online yang didasari oleh pandemi COVID-19 saat ini bisa saja tidak bertahan lama. Tidak ada yang tahu bagaimana perilaku konsumen pascapandemi, apakah akan kembali seperti dulu sebelum pandemi atau transaksi online akan makin banyak digemari. Karena itu, pemasar tetap perlu mempertahankan toko fisiknya.

“Bisa saja, setelah pandemi berakhir semuanya back to normal seperti sebelum pandemi ada atau transaksi online menjadi kebiasaan baru. Tidak ada yang tahu. Tapi yang pasti memelihara toko online dan offline sangat diperlukan untuk perusahaan bertahan” tuturnya.

Selain itu, yang terpenting adalah memperhatikan customer journey. Era digital telah mengubah perilaku konsumen. Saat ini, konsumen lebih percaya dengan rekomendasi dari teman maupun sosial media daripada iklan promosi yang dibuat oleh merek. Terkadang pula, konsumen terus melakukan riset dari online maupun offline sebelum akhirnya membeli.

“Sekarang ini konsumen cenderung tidak langsung membeli, mereka akan melakukan riset terlebih dahulu. Pertama secara online, kemudian mereka lakukan riset produk dengan datang ke toko offline. Karena itu, pemasar harus dapat me-manage kedua toko, tidak hanya salah satunya,” kata Elkana.

Tantangan lain juga muncul ketika setelah melakukan riset, konsumen tidak langsung membeli produk. Bisa saja, konsumen akan mencari toko lain yang menjual produk serupa dengan harga yang lebih murah. Karena itu, pemasar perlu memikirkan strategi marketing yang dapat membuat konsumen yakin untuk segera membeli produk yang mereka inginkan.

“Pemasar kadang terjebak antara memberikan kepuasaan atau menjaga loyalitas konsumen. Banyak yang akhirnya mementingkan kepuasan. Tapi di ritel, konsumen yang loyal bisa menjadi cara untuk bertahan walaupun di satu sisi juga harus memikirkan cara menarik konsumen baru. But the most important is how to maintain the existing customer,” pungkas Elkana.

Editor: Ramadhan Triwijanarko

Related