Program Makan Bergizi Gratis Jadi Sarana Edukasi dan Pemberdayaan Gizi Anak

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) kini tidak hanya berfokus pada pemenuhan nutrisi harian anak, tetapi juga dimanfaatkan sebagai sarana edukasi gizi yang menyeluruh bagi anak dan keluarganya. Dijalankan langsung oleh para ahli gizi, program ini dirancang untuk menanamkan pola makan sehat sejak dini, agar menjadi kebiasaan yang berkelanjutan.
Kesadaran gizi anak di Indonesia masih menjadi tantangan. Berdasarkan hasil pemantauan di lapangan, banyak anak belum mendapatkan porsi makan yang lengkap dan seimbang, terutama kekurangan protein dan sayur.
Esti Nurwanti, S.Gz., RD, MPH, Ph.D, ahli gizi yang terlibat dalam program ini, menuturkan bahwa dampaknya bisa sangat serius.
“Survei di lapangan menunjukkan porsi makan anak tidak lengkap, banyak yang kekurangan protein dan sayur. Kalau dibiarkan, anak bisa tumbuh kurus, tidak fokus, dan kalah bersaing di masa depan,” ujar Esti dalam sesi “Beyond the Plate: Indonesia’s School Meals Revolution for a Circular Economy” di Jakarta Marketing Week (JAKMW) 2025, Jakarta, Kamis (22/5).
BACA JUGA: 5 Makanan Kaleng Hemat dan Praktis yang Wajib Ada di Dapur Anak Kos
Melalui pendekatan yang inklusif dan menyenangkan, anak-anak penerima MBG tidak hanya diajarkan pentingnya gizi, tetapi juga dilatih untuk menjadi agen perubahan. Mereka didorong menyampaikan kembali informasi yang diterima kepada orang tua dan lingkungan sekitar, sehingga edukasi ini tidak berhenti di sekolah, melainkan menjangkau keluarga dan komunitas.
Inovasi program ini semakin diperkuat dengan pemanfaatan teknologi. MBG kini dikembangkan bersama aplikasi pintar berbasis artificial intelligence (AI) untuk memantau distribusi makanan, efektivitas program, hingga perilaku konsumsi peserta. Teknologi ini dibekali tiga sistem cerdas yang bekerja cepat, sistematis, dan akurat, dengan acuan buku panduan gizi nasional serta teori ilmiah.
Dr. dr. Lucy Widasari, M.Si, yang juga terlibat dalam pengembangan teknologi ini, menjelaskan bahwa AI membantu memastikan program berjalan dengan efisien dan berdampak.
“Teknologi AI ini mempercepat kerja dan bisa dimonitor dengan baik, jadi kita tahu efeknya. Kami belajar dari berbagai negara dan ingin kontribusi meski kecil untuk Indonesia,” jelasnya.
Selain memberikan edukasi kepada anak, MBG juga menjadi wadah pemberdayaan perempuan dan anak muda. Keduanya dianggap memiliki peran strategis dalam menyebarkan informasi secara luas dan cepat, terutama di era digital.
BACA JUGA: Kurangi Paparan Mikroplastik dalam Makanan dengan 5 Kebiasaan Ini
Perempuan dikenal memiliki pendekatan yang seimbang dalam menyampaikan pesan, sedangkan anak muda lebih cepat dalam menyerap serta mendistribusikan informasi ke berbagai kanal.
Di tengah dominasi media sosial, peran netizen pun semakin krusial. Mereka memiliki kekuatan dalam membentuk opini publik, jauh melebihi pengaruh dari individu biasa. Karena itu, pemberian informasi gizi yang benar kepada netizen menjadi langkah penting dalam mencegah penyebaran informasi yang keliru.
Hermawan Kartajaya, Founder & Chair MCorp sekaligus pakar pemasaran, menekankan pentingnya sinergi dari tiga elemen ini.“Saya percaya pada tiga hal: Youth, Woman, dan Netizen atau YWN. Kalau YWN benar, dampaknya bisa sangat positif. Dua ibu ini contoh peran yang tepat untuk mengedukasi lewat MBG,” tuturnya.
Melalui kombinasi edukasi langsung, dukungan teknologi, dan pemberdayaan komunitas kunci seperti YWN, Program Makan Bergizi Gratis diharapkan mampu menanamkan kebiasaan makan sehat yang tidak hanya berdampak pada masa kini, tetapi juga mencegah penyakit di usia tua dan menciptakan generasi unggul yang siap menghadapi masa depan.
Editor: Dyandramitha Alessandrina