Rencanamu Dorong Generasi Muda Mantap Menentukan Masa Depan

marketeers article

Pelajar sekolah menengah atas (SMA) dan setaranya berada di umur-umur yang penuh dilema. Di umur ini, para pelajar harus mulai menentukan tujuannya untuk masa depan. Namun, penentuan ini nyatanya tidak bisa dilakukan dengan mudah.

Survei internal yang dilakukan Rencanamu terhadap lebih dari dua juta pengguna menunjukkan ada hampir 92% peserta didik SMA merasa tidak yakin dalam menentukan jurusan untuk pendidikan tingkat lanjut. Sementara itu, ada 50% mahasiswa yang merasa salah jurusan. Di antaranya mengaku ada ketimpangan antara bidang yang ditekuni mahasiswa dengan bidang yang dibutuhkan oleh industri. Sehingga, menyebabkan ketidaksesuaian antara supply dan demand di dunia kerja yang menjadi masalah besar ketika lulus kuliah.

Melihat fenomena ini, Direktorat Sekolah Menengah Atas (SMA) Kemendikbud memperkenalkan program Wujudkan Generasi Emas 2045 untuk membangun sumber daya manusia (SDM) unggul. Program ini menyusul prediksi adanya bonus demografi dan generasi emas pada tahun 2045. Hal ini menghadirkan peluang baru yang dapat dimanfaatkan oleh pelaku industri. Salah satunya dilakukan oleh Rencanamu, platform persiapan kuliah dan karir ini mengambil peran sebagai penyedia tes minat bakat dan persiapan kuliah yang terstruktur dan terintegrasi.

“Rencanamu akan membimbing peserta didik dalam menyiapkan kuliah mulai dari pemilihan jurusan dan karier. Bimbingan ini mengarahkan mereka pada pendidikan lanjut dan karir yang sesuai dengan minatnya,” jelas Rizky Muhammad, Founder dan CEO Rencanamu.

Tes minat bakat dan pembimbingan juga dimanfaatkan untuk mendorong pelajar untuk mengeksplorasi diri mereka. Tes ini dapat diakses secara gratis di platform Rencanamu. Adanya kerja sama dengan Direktorat SMA dapat memperluas cakupan peserta tes dengan tujuan memperluas dampak eksporasi minat dan bakat yang dilakukan oleh para pelajar.

“Diharapkan, rangkian tes dan bimbingan ini bisa mengurangi fenomena salah jurusan yang akhir-akhir ini semakin sering terjadi. Hal ini tidak bisa dibiarkan terus-menerus karena berdampak panjang terhadap produktivitas SDM,” tutup Rizky.

Editor: Ramadhan Triwijanarko

Related