Riset DoubleVerify: Hanya 17% Pemasar Mengevaluasi Efektivitas Iklan

marketeers article
Muhammad Arif Bijaksana, Business Director Indonesia DoubleVerify. Sumber gambar: Marketeers/Tri Kurnia Y.

DoubleVerify, perusahaan perangkat lunak analitik media digital meluncurkan hasil penelitian terbaru bertajuk Raising the Bar in APAC: How Media Quality and Performance Drive Outcomes. Dalam laporan ini terungkap hanya 17% pemasar yang melakukan evaluasi terhadap efektivitas iklan di media digital.

Muhammad Arif Bijaksana, Business Director Indonesia DoubleVerify menjelaskan kondisi ini sangat disayangkan lantaran brand tidak mengukur key performance indicator (KPI) dari iklan yang ditayangkan. Padahal, nilai belanja iklan digital di Indonesia mencapai Rp 40 triliun pada tahun lalu dan diproyeksikan meningkat Rp 48 triliun untuk 2024.

BACA JUGA: DoubleVerify Beberkan Strategi Perkuat Media Quality di Tengah Pemilu 2024

“Sebagian besar pemasar gagal mengevaluasi keputusan pembelian media digital, dengan hanya 17% di antara mereka yang mengevaluasi efektivitas berdasarkan indikator penting seperti brand suitability, viewability, fraud, serta intended geography,” kata sosok yang akrab disapa Arif dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (30/1/2024).

Temuan lain dari penelitian ini adalah pertumbuhan media ritel yang menjadi hal unik. Perilaku konsumen di Asia Pasifik, termasuk Indonesia dari tahap penelusuran hingga pembelian menggunakan media sosial. Adapun di Indonesia persentasenya sebanyak 63% konsumen secara signifikan memanfaatkan media sosial untuk melakukan riset produk yang mereka butuhkan.

BACA JUGA: Survei: Mayoritas Orang Indonesia Lebih Banyak Menonton Konten Digital

Aplikasi super atau Super-app yang menawarkan banyak layanan menjadi fenomena besar saat ini, yang mana local commerce market, seperti Grab, Lazada dan Tokopedia tumbuh populer sebagai channel pencarian, mengalahkan media sosial dan Google Search. Hal itu diperkirakan menjadi tempat yang paling diburu pemasar untuk memasang iklan.

“Peningkatan penggunaan e-commerce memberikan peluang tambahan bagi pengiklan untuk menjangkau konsumen yang berniat menghabiskan lebih banyak waktu online, terutama di e-commerce. Misalnya, pada saat Ramadan berdasarkan survei Maret 2023, yang berniat melakukan pembelian sejumlah produk seperti; busana dan aksesoris sebesar 76%,” ujarnya.

Arif menambahkan saat ini pemasar begitu berminat dalam beriklan di media sosial kawasan Asia Pasifik. Sebab, sebanyak 60% populasi pengguna media sosial dunia ada di kawasan ini.

Kendati demikian, sebanyak 35% pemasar menyebut fragmentasi audiens sebagai kekhawatiran utama. Pemasar di kawasan Asia Pasifik, termasuk Indonesia, memiliki sentimen positif terhadap pengukuran kualitas media, dengan 91% setuju bahwa hal tersebut penting untuk dilakukan untuk mendorong pemanfaatan saluran media yang sukses.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related