Riset Sebut AI Bakal Tambah Nilai Ekonomi APAC Senilai US$ 4,5 Triliun

marketeers article
Ilustrasi pertumbuhan ekonomi. (FOTO: 123RF)

Penelitian baru dari Accenture menemukan bahwa kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) generatif berpotensi menghasilkan nilai ekonomi tambahan sebesar US$ 4,5 triliun di Asia Pacific (APAC). Nilai ini setara dengan peningkatan produk domestik bruto (PDB) tahunan sebesar 0,7℅ selama 15 tahun ke depan.

Potensi ini dapat tercapai jika teknologi tersebut diadopsi secara bertanggung jawab, dalam skala besar, serta berfokus pada aspek manusia. Penelitian ini menggabungkan model ekonomi yang dilakukan terhadap empat negara dengan perekonomian terbesar di Asia Pasifik, yaitu Australia, Cina, India, dan Jepang.

Accenture juga melakukan survei terhadap para eksekutif di negara-negara tersebut dan Singapura. Temuan utama dari survei ini menunjukkan bahwa komposisi pekerjaan yang menyita sebanyak 33% waktu dari karyawan di Asia Pasifik akan digantikan oleh AI generatif, sehingga dapat meningkatkan produktivitas.

BACA JUGA: Akuisisi ROMP, Accenture Song Ingin Berkontribusi ke Ekonomi Digital

Jam kerja di Australia dan Jepang akan terkena dampak paling besar, masing-masing sebesar 45% dan 44%, diikuti oleh Cina (33%) dan India (31%).

Sebanyak 96% pemimpin bisnis dan perusahaan di Asia Pasifik mengakui dampak signifikan dari kecerdasan buatan generatif. Selain itu, 91% pekerja di Asia Pasifik menunjukkan minat mereka untuk memperoleh keterampilan baru agar dapat bekerja dengan kecerdasan buatan generatif, namun hanya 4% pemimpin bisnis yang telah mengadakan pelatihan kecerdasan buatan generatif dalam skala besar.

Sebanyak 89% perusahaan di Asia Pasifik berencana meningkatkan pengeluaran mereka untuk investasi teknologi AI generatif pada tahun ini, namun hanya 35% yang memprioritaskan investasi pada pengembangan tenaga kerja mereka.

Industri yang paling terdampak adalah pasar modal, di mana kecerdasan buatan generatif akan menggantikan keterlibatan manusia hingga hampir 71% jam kerja.

BACA JUGA: NVIDIA Rencana Rilis Platform AI Bernama Rubin pada 2026

Industri perangkat lunak dan platform akan mengotomatisasi atau mengoptimalkan 66% jam kerja, diikuti oleh perbankan (64%), asuransi (62%), dan ritel (49%).

Leo Framil, CEO Growth Markets di Accenture, menyatakan bahwa AI generatif telah mempercepat laju data dan proses revolusi bisnis yang berbasis kecerdasan buatan.

“Untuk memanfaatkan potensi tersebut sepenuhnya, para pemimpin perusahaan perlu melihat kecerdasan buatan lebih dari sekedar alat untuk mendesain ulang proses dan mendorong efisiensi biaya. AI generatif harus dilihat sebagai peluang untuk menciptakan nilai tambah bagi bisnis, individu, dan masyarakat,” kata Framil dalam siaran pers kepada Marketeers, Kamis (6/6/2024).

Ia menilai, kawasan Asia Pasifik memiliki peluang untuk memperlihatkan cara penerapan AI yang berpusat pada manusia dan bertanggung jawab. Hal ini dapat mendorong produktivitas dan pertumbuhan berkelanjutan.

BACA JUGA: Riset Accenture: 52% Investor Asia Punya Aset Digital

Vivek Luthra, Data and AI Lead di Accenture Growth Markets menambahkan bahwa penerapan AI generatif dalam skala besar dapat mengubah hampir seluruh fungsi di berbagai industri. Kunci untuk memperoleh manfaat AI terletak pada keterampilan.

Menurutnya, agar bisnis dapat memaksimalkan manfaat AI generatif dan meningkatkan pertumbuhan, para pemimpin bisnis perlu membuat strategi jangka panjang yang berpusat pada aspek manusia.

“Mereka perlu memadukan investasi AI generatif dengan pelatihan dan pengembangan tenaga kerja. Perusahaan juga perlu berinvestasi dalam mentransformasi pekerjaan, alur kerja, dan tenaga kerja mereka agar dapat lebih bersaing di era AI,” ucap Luthra.

Editor: Eric Iskandarsjah

Related

award
SPSAwArDS