Rupiah Perkasa 104 Poin, Ditutup di Level Rp 15.660

marketeers article
Ilustrasi nilai tukar rupiah. Sumber gambar: 123rf.

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup menguat sebesar 104 basis poin di level Rp 15.660 per dolar pada perdagangan 2 Februari 2024. Tren positif ini diperkriakan masih akan terjadi hingga besok di rentang Rp 15.610 hingga Rp 15.700.

Ibrahum Assuaibi, pengamat pasar uang sekaligus Direktur PT Laba Forexindo Berjangka menuturkan, penguatan rupiah disebabkan oleh kondisi perekonomian nasional yang menjadi salah satu yang terbaik di dunia sepanjang 2023. Diperkirakan pertumbuhan ekonomi nasional melebihi 5% pada tahun lalu.

BACA JUGA: Dampak Stabilisasi Rupiah dan Bayar Utang, Cadangan Devisa RI Turun

“Hal itu disertai dengan inflasi sebesar 2,61% atau salah satu yang terendah di dunia,” kata Ibrahim melalui keterangannya, Jumat (2/2/2024).

Faktor lain yang menyebabkan terjadi penguatan rupiah yakni pertumbuhan ekonomi dan inflasi yang terjadi di negara-negara maju masih cukup tinggi.

Misalnya, di AS pertumbuhan ekonnominya hanya mencapai 3% dan Cina yang hanya 5% dan diperkirakan akan turun menjadi 4,6% tahun ini.

BACA JUGA: Bank Indonesia Dorong Penggunaan Local Currency Transaction di Beijing

Tidak hanya itu, Bank Indonesia (BI) memprediksi gelombang ekonomi global pada 2024 dan 2025 akan lebih rendah dari 2023 atau 2022.

Salah satu faktor yang dapat mendorong dinamika ekonomi global tahun ini ialah kontestasi pemilihan umum (Pemilu) yang terjadi di 54 negara pada 2024.

Selain itu, BI juga optimis Fed Fund Rate akan mulai mengalami penurunan sebesar 75 basis poin pada semester kedua 2024. Begitu pun dengan melemahnya dolar AS yang juga akan mulai terjadi saat memasuki semester kedua  2024.

Guna untuk menjaga tren positif maka pemerintah memiliki lima sinergi kebijakan ekonomi nasional.

Hal ini meliputi kebijakan fiskal moneter, kebijakan stabilitas sistem keuangan atau SSK dan akselerasi transformasi sektor keuangan, akselerasi digitalisasi ekonomi keuangan nasional, hilirisasi minerba dan nonminerba, serta kebijakan perdagangan investasi dan infrastruktur.

Sedangkan faktor eksternal yang memengaruhi penguatan rupiah yakni adanya kemungkinan The Fed baru menurunkan suku bunganya pada Mei 2024.

Sehingga mendorong investor untuk beralih ke aset-aset yang berbasis risiko meskipun ada prospek suku bunga yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama.

“Skenario seperti ini menjadi pertanda baik bagi mata uang Asia yang didorong oleh risiko. The Fed belum memberikan indikasi bahwa mereka akan memangkas suku bunga secara besar-besaran pada tahun 2024,” ujarnya.

Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz

Related

award
SPSAwArDS