Rupiah Perkasa 15 Poin, Ditutup di Level Rp 15.810 per Dolar

marketeers article
Ilustrasi nilai tukar rupiah. Sumber gambar: 123rf.

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat tipis sebesar 15 basis poin berada di level  Rp 15.810 per US$ pada perdagangan 29 Januari 2024. Penguatan diperkirakan masih terus terjadi hingga perdagangan besok yang berada di rentang Rp 15.780 hingga Rp 15.840.

Ibrahim Assuaibi, pengamat pasar uang sekaligus Direktur PT Laba Forexindo Berjangka menuturkan penguatan rupiah disebabkan lantaran investor tengah bersiap menunggu rilis data-data penting di AS. Salah satu data yang berpengaruh terhadap penguatan rupiah, yakni indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) meningkat 0,2% bulan lalu setelah terjadi penurunan 0,1% yang tidak direvisi pada bulan November 2023.

BACA JUGA: Dampak Stabilisasi Rupiah dan Bayar Utang, Cadangan Devisa RI Turun

“Dalam 12 bulan hingga Desember, indeks harga PCE meningkat 2,6%, menyamai kenaikan bulan November yang belum direvisi. Angka-angka tersebut sesuai dengan ekspektasi konsensus dengan tingkat inflasi tahunan berada di bawah 3% selama tiga bulan berturut-turut,” kata Ibrahim melalui keterangannya, Senin (29/1/2024).

Pascadata inflasi, pasar berjangka suku bunga AS memperhitungkan peluang pelonggaran sekitar 47% pada pertemuan bulan Maret 2024, turun dari probabilitas 51%. Kemudian peluang 80% yang diperhitungkan pada dua minggu lalu, menurut aplikasi probabilitas suku bunga LSEG.

BACA JUGA: Pemakaian Rupiah dalam Transaksi dengan Negara Mitra Terus Didorong

Selanjutnya, dari sisi pasar, The Fed diperkirakan menurunkan suku bunga pertama yang akan terjadi pada pertemuan bulan Mei 2024, dengan probabilitas sekitar 90% atau turun sedikit dari sebelumnya sebesar 94%. Sekitar lima penurunan suku bunga masing-masing sebesar 25 basis poin telah diperkirakan pada tahun ini.

Sementara itu, dari dalam negeri pemerintah memperkirakan pertumbuhan ekonomi tahun lalu tetap berada di atas 5%. Demikian pula dengan perkiraan tahun ini yang tetap tumbuh positif di atas 5% sehingga jauh dari kata resesi akibat gejolak geopolitik dunia yang kian panas.

Optimisme tersebut, tercermin dari laju inflasi yang makin landai. Pada Desember 2023, inflasi sebesar 2,61%, berada di kisaran target yang ditetapkan pemerintah 2,5±1%.

“Kemudian, rasio utang di tahun 2023 semakin membaik di kisaran 38,7%. Angka tersebut menurun jika dibandingkan dengan tahun 2021 dan 2022,” kata Ibrahim.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related

award
SPSAwArDS