S3 Marketing Menurut Hermawan Kartajaya: Percuma Jika…

marketeers article
S3 Marketing Menurut Hermawan Kartajaya: Percuma (FOTO: Marketeers/Bernad)

Istilah S3 marketing menjadi satu dari banyak istilah yang populer pada tahun 2022 hingga kini. S3 marketing sendiri merujuk pada aktivitas pemasaran yang dilakukan dengan membuat sebuah konten menjadi viral.

Guru pemasaran Indonesia, Hermawan Kartajaya yang menanggapi hal tersebut, melihat bahwa apa yang disebut S3 marketing adalah percuma.

“Percuma. Harus ada kaitannya. Kalau semakin kreatif, harus ada solusinya,” ujar Founder & Chairman MCorp tersebut dalam acara HK Webinar Series: POST23: (Re) Positioning Clearly: Post-Time di Philip Kotler Theater, Jakarta, Kamis (30/3/2023).

BACA JUGA: Hermawan Kartajaya Ajak Anak Muda Beralih dari Trading ke Investasi

Pakar pemasaran ini menjelaskan S3 marketing melalui konsep model klaster entrepreneurship yang terdiri dari empat elemen yakni Creativity, Innovation, Entrepreneurship, dan Leadership. Empat elemen tersebut biasa disebut sebagai CI-EL.

Creativity artinya setiap bisnis atau sesorang dituntut menjadi kreatif, dengan menghadirkan ide-ide baru dan segar. S3 marketing merupakan implementasi dari elemen ini.

Sayangnya, baik Creativity dan Innovation, keduanya berkelindan. Tak terpisah satu sama lain. Elemen innovation menuntut adanya inovasi yang menjadi solusi dari eksekusi ide-ide kreatif tersebut.

BACA JUGA: Hermawan Kartajaya: Anak Muda Harus Bisa Menjadi Investor

Hermawan mencontohkan, creativity tanpa innovation sudah terjadi di Bali. Hermawan tidak memungkiri bagaimana penduduk Bali, mayoritas kreatif. Sayangnya, solusi dari kreativitas ini tidak datang pula dari masyarakat Bali.

“Orang Bali itu kreatif semua. Tapi seringkali innovation-nya diselesaikan oleh orang bule,” paparnya.

Menurut penuturannya, ini terlihat dari pengemasan Tari Kecak untuk pertunjukan. Pertunjukan Tari Kecak umumnya memiliki durasi dua jam menurut Hermawan. Namun karena durasi yang dirasa lama bagi para bule alias wisman, maka pertunjukan ini kerap dikemas dalam durasi yang lebih pendek, dengan tetap mempertahankan poin-poin paling menarik dalam tarian tersebut.

“Jadi innovation itu adalah dari ide kreatif. Bagaimana Anda membuat supaya itu menjadi solusi baru untuk customer,” ujarnya.

Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz

Related