Sebelum Menerapkan Referral Marketing, Perhatikan Aspek Ini

marketeers article
Ilustrasi referral marketing. (Sumber: 123rf)

Referral marketing menjadi salah satu strategi yang banyak dilakukan oleh perusahaan. Strategi ini berupaya untuk mendorong konsumen dan mengajak banyak orang untuk menggunakan produk atau jasa yang ditawarkan.

Secara definisi, dikutip dari Sprout Social, referral marketing adalah strategi pemasaran perusahaan dengan mendorong pelanggan untuk merekomendasikan produk atau jasa kepada orang lain.

Berbeda dengan word of mouth (wom) yang membuat pelanggan berbagi informasi produk atau jasa secara spontan. Referral marketing merupakan strategi pemasaran yang disengaja dengan melibatkan adanya insentif dan reward bagi pelanggan yang berhasil memberikan rekomendasi.

BACA JUGA Belajar Marketing dari Band Coldplay, Ternyata Ini Rahasia Suksesnya

Artinya, hal tersebut didasari dengan adanya kepuasan pelanggan terhadap produk atau jasa yang ditawarkan. Lalu, konsumen dengan sukarela merekomendasikan produk tersebut kepada orang yang mereka kenal.

Di samping itu, Ignatius Untung selaku Praktisi Marketing & Behavioral Science mengatakan bahwa kunci dari referral marketing adalah meningkatkan ketertarikan pada produk yang ditawarkan. Menurutnya, adanya sesuatu hal yang menarik pada produk akan membuat strategi referral marketing lebih efektif.

Lebih lanjut, dalam program Market Think yang tayang di kanal YouTube Marketeers TV, Untung membagikan beberapa hal penting yang perlu diperhatikan saat menerapkan referral marketing.

Pertama, menurut Untung, bangun ketertarikan produk. Dalam hal ini, pengusaha harus menentukan hal yang menarik dari produk atau jasa yang ditawarkan, serta melihat kompetitor.

BACA JUGA Mass Marketing: Satu Produk untuk Semua Pelanggan, Memang Bisa?

“Semakin kompetitif sebuah produk, makin tidak perlu didorong dan makin dicari,” ujar Untung dalam tayangan video Marketeers TV.

Selanjutnya, Untung menyampaikan, pelaku usaha juga harus melihat aspek scarcity dari produk atau jasa yang ditawarkan. Kemudian, Untung mengatakan “dilihat juga, produk punya social currency atau enggak.”

“Untuk membangun itu, komunikasinya harus dibangun sedemikian rupa dan dibentuk sehingga dapat membuat orang penasaran,” tutur Untung.

Jika hal tersebut telah dilakukan dengan baik, sekalipun menggunakan strategi paid referral pun orang tidak akan keberatan untuk mencoba produk atau jasa yang ditawarkan. Karena, para pelanggan baru dapat melihat value yang diberikan dari rekomendasi itu

Sebaliknya, ketika produknya tidak memiliki sesuatu yang spesial untuk direferensikan maka orang lain akan bertanya ‘kenapa sih harus direferensiin?’.

Menurut Untung, adanya insentif dapat membentuk persepsi. Jika produk yang ditawarkan bagus, maka orang akan fokus dengan apa yang direferensikan.

Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz

 

Related