Social Proof Jadi Teknik Psikologi Dalam Menjaring Calon Konsumen

marketeers article
Ilustrasi social proof. (FOTO: 123rf)

Social proof adalah salah satu teknik psikologi dalam bentuk nudge, yang bisa digunakan secara taktis dan sederhana dalam bisnis. Orang biasanya cenderung untuk mengikuti apa yang dilakukan oleh orang banyak. 

Ini bisa dilihat dari contoh yang sederhana, yang mana terdapat dua restoran, yang pertama banyak antreannya dan kedua sepi. Tentunya banyak orang yang memilih yang banyak antreannya. 

Meskipun mereka harus menunggu lama untuk antre, mereka tidak akan mungkin memilih yang sepi.

“Landasan berpikirnya adalah tidak mungkin orang sebanyak ini keliru dalam memilih restoran. Sehingga, mereka akan percaya kepada pilihan orang banyak, dan ini adalah contoh social proof,” ujar Iwan Setiawan, CEO Marketeers dalam ANALISIS di YouTube Marketeers TV.

Contoh dalam memanfaatkan social proof bisa terlihat pada Gojek, yang di dalam website-nya mereka sudah punya lebih dari 190 juta jumlah yang mengunduh aplikasi mereka. Kemudian lebih dari 2 juta mitra driver yang sudah bergabung, 900.000 mitra GoFood. 

Bahkan, 2.000-an kali lipat kenaikan pengunduhan aplikasi Gojek ini adalah contoh bagaimana mereka ingin menampilkan kepada banyak orang, bahwa ini sudah populer digunakan.

BACA JUGA: Kenapa Produk Bagus Tak Selalu Berhasil?

Sementara itu, contoh lainnya ada pada SRC. Banyak orang mungkin sering melihat banner merah dengan tulisan SRC terpampang di depan warung-warung. 

Ini adalah inisiatif dari SRC untuk modernisasi warung-warung yang tempatnya tradisional. Kalau melihat banner SRC di mana-mana, seseorang akan percaya bahwa sebetulnya aktivitas atau program ini sangat sukses. 

Dengan demikian, warung-warung yang lain yang mungkin saat ini sedang memikirkan apakah mau bergabung atau tidak di SRC, akan cenderung memilih untuk bergabung. Pasalnya, mereka melihat sudah banyak warung lain yang juga terlibat dalam program ini.

BACA JUGA: Merek, Metaverse, dan Generasi Latah

Selanjutnya, saat melihat review sebuah restoran atau cafe contohnya pisang goreng Bu Nani. Anda melihat bahwa ada review yang sangat tinggi dengan jumlah orang ribuan yang sudah me-review.

Anda akan berpikir bahwa apabila rating-nya setinggi ini dengan banyaknya orang yang memilih rating tersebut, sudah pasti tempat tersebut menghasilkan makanan yang enak. Ini adalah contoh social proof.

Bisa terlihat bahwa social proof dapat memengaruhi psikologis seseorang dalam memilih sebuah brand, produk atau layanan untuk dikonsumsi atau digunakan. Cara ini tentu sangat efektif untuk menjaring calon konsumen.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related