Sociolla Pilih Fokus pada Real Value Ketimbang Strategi FOMO Marketing

marketeers article
Konferensi pers Sociolla. (FOTO: Sociolla)

Fenomena fear of missing out atau FOMO telah menjadi strategi marketing yang kerap digunakan oleh banyak merek dan retailer untuk meningkatkan penjualan. Tapi praktik ini tak dilakukan oleh Sociolla.

FOMO marketing sendiri merupakan strategi pemasaran Dengan memanfaatkan rasa takut konsumen akan kehilangan kesempatan tertentu. Lewat strategi ini, perusahaan sering kali mendorong mereka untuk membeli lebih banyak produk.

Sociolla, sebagai omniretailer di industri kecantikan justru mengambil langkah berbeda. Christopher Madiam selaku Co-founder dan CEO Social Bella mengungkap, di tengah tren produk kecantikan yang terus berkembang Sociolla justru mengampanyekan sesuatu yang unik.

Karenanya, dibandingkan FOMO marketing, perusahaan justru memilih untuk mengambil hati konsumen dengan kampanye yakni “jangan membeli terlalu banyak”.

BACA JUGA Sociolla Beauty Wonderland 2024, Ajak Masyarakat Pilih Produk Aman

Lewat strategi itu, perusahaan bukanya mendorong konsumen untuk langsung membeli produk dalam ukuran besar, tapi Sociolla justru menyarankan beauty enthusiast untuk mencoba ukuran kecil atau sampel terlebih dahulu.

“Kami mendorong pelanggan untuk membeli secukupnya. Daripada langsung membeli botol besar, kenapa tidak mencoba sampel dulu? Ketika mereka suka, beli kemasan kecil dulu. Lalu kalau cocok, barulah bisa beli ukuran besar,” ujar Christopher kepada Marketeers pada Kamis (23/1/2025).

Pendekatan ini tentu saja berbeda dari mayoritas praktik FOMO marketing yang lazim digunakan oleh para pelaku industri ritel.

Mengingat,  banyak retailer yang fokus pada penjualan sebanyak mungkin untuk meningkatkan pendapatan. Tapi, Sociolla justru lebih mengutamakan kepuasan dan kepercayaan konsumen.

BACA JUGA Perluas Layanan, Sociolla Tambah Fitur Expert Review di SOCO App

“Kami ingin pelanggan kami merasa bahwa mereka mendapatkan real value dari produk yang kami tawarkan. Bukan sekadar membeli karena FOMO, tetapi benar-benar mendapatkan manfaat dari apa yang mereka beli,” ujarnya.

Lebih lanjut, Christopher menekankan pentingnya menggunakan produk dengan tepat dan dalam jumlah yang sesuai.

“Walaupun kita menggunakan 10 jenis skincare sekaligus, bukan berarti kulit kita otomatis menjadi lebih baik. Hal yang lebih penting adalah memakai produk yang tepat dalam jumlah yang cukup,” kata dia.

Pendekatan ini menunjukkan bahwa tidak semua strategi marketing harus memanfaatkan rasa takut konsumen. Sebaliknya, memberikan nilai nyata dan membangun kepercayaan dapat menjadi fondasi jangka panjang yang lebih kuat.

Langkah ini tentu relevan dengan perilaku konsumen saat ini yang cenderung melihat value dan kualitas suatu produk dibandingkan kuantitas. “Pada akhirnya, bisnis bukan hanya tentang menjual produk, tetapi memberikan manfaat yang sesungguhnya. Dan itulah yang terpenting,” tutupnya.

Editor: Eric Iskandarsjah Z

Related

award
SPSAwArDS