marketeers article
Ilustrasi: 123RF

Oleh Kurniawan Muhammad, Marketing Practitioner

Ada kesamaan antara jurnalistik dan marketing. Di dalam kaidah jurnalistik, ketika harus memberi judul sebuah berita atau artikel, maka harus mempertimbangkan unsur “penting” dan “menarik.” Artinya, ketika judul itu dibaca, langsung harus terbersit di benak pembaca bahwa informasi itu tentang suatu hal yang “penting” atau “menarik”. Sesuatu yang menarik, adalah yang bisa bikin penasaran. Makanya, judul-judul berita yang menarik itu adalah judul yang bisa membuat orang penasaran.

Dalam marketing, agar produk itu menarik perhatian konsumen, maka strategi promosinya harus bisa bikin konsumen penasaran. Carl Sagan dan Ann Druyan, menulis dalam buku mereka: “Shadows of Forgotten Ancestors, A Search for Who We Are”, mengatakan rasa penasaran adalah motivasi yang ampuh untuk memacu manusia melakukan sebuah eksplorasi dan berusaha menemukan sesuatu. Proses penemuan ini merupakan bagian dari naluri kita untuk tetap bertahan.

Anda bisa bayangkan, jika para ilmuwan telah kehilangan nafsu mereka untuk penasaran. Maka, tidak akan ada lagi obat baru, penemuan baru, atau teknologi baru yang akan membantu agar hidup kita lebih baik dan sempurna. Jika para ilmuwan telah kehilangan nafsu mereka untuk penasaran terhadap Virus Corona, mungkin vaksin-nya tidak akan bisa ditemukan secepat ini. Itu semua, berawal dari rasa penasaran.

Dalam jurnalistik, redaktur yang baik, adalah yang sukses bikin penasaran pembaca melalui judul-judul berita yang dibuatnya. Tentu saja, antara judul dan isi berita harus lah sesuai, dengan tetap berpijak pada fakta.

Dalam marketing, marketer yang baik, adalah yang selalu punya cara untuk membuat customer-nya tertarik dan penasaran dengan produk-produk yang ditawarkannya.

BACA JUGA: Membaca Perilaku Konsumen E-commerce

Beberapa produk biasanya menggunakan kata-kata iklan yang benar-benar menarik, agar para calon konsumennya penasaran, hingga akhirnya membeli produk yang ditawarkan tersebut.

Kata-kata iklan tersebut bisa beragam, mulai dari yang memiliki kesan serius, hingga kata-kata iklan yang lucu dan membuat tertawa. Misalnya, iklan minyak kayu putih Cap Lang. Kata-kata iklannya yang cukup terkenal dan membuat orang tertarik adalah: “Buat Anak kok Coba-Coba”. Slogan iklan ini cukup fenomenal. Apalagi brand ambassador-nya tak tanggung-tanggung, salah satu legenda hidup Indonesia: Titik Puspa.

Walhasil, perpaduan antara kata-kata iklan yang menggelitik, kekuatan brand Cap Lang dan pemilihan brand ambassador yang tepat, berujung pada fenomenalnya kata-kata itu: “Buat Anak kok Coba-Coba”.

Slogan tersebut sempat menjadi semacam slogan informal yang beredar di masyarakat kebanyakan, untuk mengingatkan atau menegur orang yang ingin mencoba suatu hal yang baru, yang belum jelas kualitasnya. Di masyarakat pun tertanam kuat slogan tersebut. Ingat slogan itu, maka ingat dengan Minyak Kayu Putih Cap Lang.

Slogan Ampuh Teh Pucuk Harum 

Iklan lainnya yang juga menarik, dan sukses bikin penasaran banyak orang adalah “Teh Pucuk Harum”. Iklan dari produk teh ini punya slogan: “Teh Pucuk Harum, Rasa Teh Terbaik ada di Pucuknya”. Berkat slogan ini, Teh Pucuk Harum berhasil menjadi “Top of Mind” masyarakat Indonesia. Dan tahun ini, Teh Pucuk Harum berhasil menduduki peringkat pertama “Top Brand Index” untuk produk teh dalam kemasan pilihan masyarakat dengan skor 32,6%.

Dengan skor ini, Teh Pucuk Harum berhasil menggeser Teh Botol Sosro di posisi kedua dengan raihan skor 20,1%. Padahal, produk Teh Pucuk Harum baru di-launching pada tahun 2011. Sedangkan Teh Botol Sosro merupakan pionir teh kemasan siap minum di Indonesia, dan cukup lama pula mendominasi produk teh dalam kemasan di Indonesia.

BACA JUGA: Cara Mayora Dorong Le Minerale dan Teh Pucuk Harum Kuasai Pasar

Teh Botol Sosro sebenarnya juga punya slogan yang tak kalah menariknya. Yakni: “Apa pun Makanannya, Minumnya Teh Botol Sosro”. Slogan ini pun sangat populer di masyarakat. Slogan ini sekaligus menunjukkan dominasi dan hegemoni dari Teh Botol Sosro di pasaran.

Ketika harus memposisikan dirinya berhadapan dengan Teh Botol Sosro, maka Teh Pucuk Harum harus punya slogan yang bisa menandingi slogannya Teh Botol Sosro. Jadilah slogan itu: “Rasa Teh Terbaik ada di Pucuknya”. Penggunaan kata “pucuk” memiliki konotasi dibuat dari pucuk daun teh segar. Sehingga konsumen tertarik dengan minuman teh ini, karena dilihat sebagai produk berkualitas, dan memiliki rasa yang enak.

Tentu saja, slogan tersebut cukup sukses bikin penasaran konsumen. Mengapa kok pakai kata “pucuk”? Apa benar enaknya daun teh itu memang ada di bagian pucuknya? Dan bisa jadi, banyak yang baru tahu bahwa bagian ter-enak dari daun teh itu ada di bagian pucuk. Berbagai pertanyaan ini lah yang bisa jadi membuat konsumen penasaran dengan produk Teh Pucuk Harum tersebut. Sehingga, produk ini lebih ngetop di benak para konsumen.

Capaian Teh Pucuk Harum yang berhasil menggeser dominasi Teh Botol Sosro pada “Top Brand Index” sempat menjadi bahasan menarik. Bahkan sempat trending di Twitter pada November lalu. Yang pertama kali nge-tweet adalah akun @belajarlagiHQ.

Saat itu dia memposting seperti ini: “Agak kaget ternyata Teh Pucuk udah jadi top brand bersaing sama Teh Botol Sosro. Padahal Sosro terkenal pionir teh siap minum dari dulu. Tapi kalah sama Teh Pucuk yang baru luncur 2011. Ada apa dengan Sosro?”

Di postingan ini juga diberikan gambar kemasan botol Teh Pucuk dan Teh Botol Sosro yang berdampingan. Postingan di twitter ini pun di-retweets 4.078, di-quote tweets 1.649 dan di-likes 19K. Dari sini lah lantas menjadi trending di twitter.

Jadi, betapa pentingnya penasaran itu. Jika ingin produk kita sukses di pasaran, maka harus punya strategi pemasaran jitu yang bisa bikin orang penasaran. Penasaran adalah vitamin, yang membuat kita lebih jeli dan tajam mengolah peluang. Bagaimana menurut Anda? (kritik dan saran: [email protected]/IG:kum_jp)

Related