Tekan Angka Kecelakaan, Masyarakat Diajak Beralih ke Transportasi Aktif

marketeers article
Ilustrasi transportasi aktif. (FOTO: 123RF)

Kementerian Perhubungan (Kemenhub) mengajak masyarakat untuk beralih menggunakan transportasi aktif, yaitu mengutamakan penggunaan angkutan massal, sepeda, maupun berjalan kaki, ketimbang menggunakan kendaraan pribadi. Hal ini dilakukan untuk menekan angka kecelakaan dan mengurangi tingkat fatalitas korban kecelakaan lalu lintas. 

Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Kemenhub, Amirulloh menjelaskan pihaknya memiliki program Pekan Nasional Keselamatan Jalan (PNKJ) yang pada tahun ini mengusung tema “We Demand Safe and Sustainable Mobility”. Menurutnya, program ini bertujuan untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya keselamatan berlalu lintas dan penggunaan transportasi aktif.

“Transportasi aktif merupakan bagian dari transportasi berkelanjutan. Misalnya ketika kita naik angkutan umum, maka kita aktif untuk membeli tiket dan jalan ke halte. Tetapi kalau transportasi pasif yaitu seperti kita naik kendaraan pribadi, kita hanya duduk. Di negara-negara maju sudah mengarah ke penggunaan transportasi aktif,” kata Amirulloh dikutip dari website Kemenhub, Senin (10/7/2023).

Ia menjelaskan melalui program PNKJ yang merupakan tindak lanjut dari seruan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang berfokus untuk mewujudkan transportasi berkelanjutan untuk mengurangi angka kecelakaan di jalan raya. Setiap 1 jam sebanyak tiga sampai empat orang meninggal dunia karena kecelakaan.

BACA JUGA:  Mulai Beroperasi Agustus 2023, LRT Jabodebek Diinspeksi Kemenhub

Menurutnya, program PNKJ Dunia yang telah memasuki tahun ke-16 ini menjadi isu global, yang mana setiap negara dianjurkan untuk melaksanakan program PNKJ yang disesuaikan dengan dinamika kondisi sosial budaya negara masing-masing.

“Melalui hashtag #RethinkMobility yang diusung secara global, diharapkan dapat menggugah publik agar berpikir ulang dalam bermobilitas secara selamat dan aman, sekaligus melestarikan lingkungan. Salah satunya yaitu melalui penggunaan transportasi aktif,” ujar dia.

Selain mengajak masyarakat untuk menggunakan transportasi aktif, diserukan pula kepada pembuat kebijakan di setiap negara untuk menciptakan jalan berkecepatan rendah di kota-kota di seluruh dunia dengan batas kecepatan 30 km per jam, seperti misalnya di daerah hunian, area perkantoran, dan tempat bermain.

Melalui seruan ini diharapkan dapat mewujudkan kota yang aman, sehat, hijau dan layak huni.

BACA JUGA:  Cegah Heatwave lewat Transportasi Hijau untuk Tekan Perubahan Iklim

Amirulloh mengatakan program ini melibatkan sejumlah stakeholder yang masuk dalam lima pilar aksi keselamatan jalan, yaitu manajemen keselamatan jalan (Bappenas), jalan yang berkeselamatan (Kementerian PUPR), kendaraan yang berkeselamatan (Kemenhub), perilaku pengguna jalan yang berkeselamatan (Polri), dan penanganan pra dan pascakecelakaan (Kemenkes).

Seluruh stakeholder berupaya untuk mewujudkan penurunan tingkat fatalitas korban kecelakaan lalu lintas hingga 80%, terutama bagi pengguna jalan berusia 15-24 tahun. Hal ini juga sebagai tindak lanjut dari terbitnya Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 1 Tahun 2022 tentang Rencana Umum Keselamatan Jalan untuk menurunkan fatalitas sebesar 65% indeks fatalitas per 100.000 penduduk dan 85% indeks fatalitas per 10.000 kendaraan pada tahun 2040.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related