Transisi Energi di ASEAN Butuh Investasi US$ 1,5 Triliun pada 2030

marketeers article
Wakil Menteri BUMN Rosan Roeslani menyampaikan paparan dalam sesi Subtema III Transformasi Digital yang Inklusif pada hari hari kedua ASEAN-Indo-Pacific Forum (AIPF) di Hotel Mulia, Jakarta, Rabu (6/9/2023). ANTARA FOTO/Media Center KTT ASEAN 2023/Aditya Pradana Putra.

Asia Tenggara (ASEAN) membutuhkan investasi setidaknya sebesar US$ 1,5 triliun atau setara Rp 2.301 triliun (kurs Rp 15.349 per US$) hingga tahun 2030 untuk melakukan transisi energi. Sebab, tanpa tindakan mitigasi perubahan iklim, produk domestik bruto (PDB) ASEAN akan menurun pada 2048, dan menjadikan kawasan ini pasar paling rentan di kawasan Asia.

Rosan Roeslani, Wakil Menteri BUMN menuturkan salah satu sektor yang paling menarik bagi pemodal, yakni pada ekosistem dan rantai pasok kendaraan listrik (electric vehicle/EV), khususnya bagi investor di Asia Pasifik. Hal ini juga perlu didukung oleh regulasi agar semakin menarik minat investasi di kawasan.

BACA JUGA: Kebut Transisi Energi, Pertamina Anggarkan Rp 1.000 Triliun

“Energi bersih ternyata juga menjadi salah satu dari empat sektor yang dijadikan prioritas oleh Australia untuk mengembangkan kerja sama bisnisnya. Asia menjadi kawasan tujuan utama investasi bagi Australia, sesuai Australia South East Asia Economic Strategy to 2040,” kata Rosan dalam ASEAN-Indo-Pacific Forum (AIPF), dikutip Jumat (8/9/2023).

Menurutnya, ada empat yang sangat potensial untuk melakukan transisi energi. Di antaranya pertanian dan pangan, ketahanan energi dan transisi energi bersih, infrastruktur, serta pendidikan.

BACA JUGA: RI Kerja Sama Transisi Energi, Inggris Tambah Investasi Rp 135 Miliar

Rosan menyebut sebanyak 185 investor nasional maupun internasional dari 129 perusahaan selama dua hari dalam AIPF berhasil mendeteksi potensi kerja sama senilai US$ 32 miliar atau sekitar Rp 490,59 triliun untuk Indonesia. Lalu, ada pula potensi kerja sama sebanyak US$ 810 juta sekitar Rp 12,4 triliun untuk negara-negara anggota ASEAN lainnya.

“Meskipun total project dalam business matching ini belum final, diharapkan agenda tersebut dapat meningkatkan kerja sama dan juga pemahaman akan kebutuhan investasi yang diharapkan oleh seluruh negara yang bergabung dalam rangkaian agenda AIPF,” ujarnya.

Sementara itu, Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida menuturkan sejalan dengan ASEAN Connectivity Initiatives, Jepang akan meningkatkan konektivitas dengan negara-negara ASEAN, khususnya pada enam area, yakni pembangunan infrastruktur dan transportasi, konektivitas digital, maritim, ketahanan rantai pasok, green energy, serta sumber daya manusia dan pembangunan.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related