Viral Kamar Kos Penuh Sampah, Pertanda Hoarding Disorder?

marketeers article
Kamar kos penuh sampah yang viral di TikTok, pertanda hoarding disorder? (Foto: TikTok/martasiahaan98)

Bisakah Anda membayangkan tinggal di kamar kos penuh sampah? Meski terdengar tidak nyaman, rupanya ada orang yang benar-benar tahan dengan situasi demikian. Hal ini terlihat dari sebuah video milik @martasiahaan98 yang viral di TikTok.

Video yang sudah ditonton lebih dari 30 juta kali itu mulanya memperlihatkan koridor kos-kosan tergenang air. Setelah ditelusuri, genangan tersebut berasal dari sebuah kamar, yang ketika dibuka, terlihat sangat berantakan.

Sampah berserakan di seluruh penjuru kamar, mulai dari lantai hingga tempat tidur. Di kamar mandinya pun terlihat pakaian kotor menggunung, dengan air terus mengalir dari keran yang menyala.

BACA JUGA: Viral Konten Minum Kopi Satu Galon, Waspada 3 Bahaya Ini!

Kejadian ini lantas menuai beragam respons dari warganet. Banyak yang menduga si penghuni kamar mengidap gangguan hoarding disorder, sebuah gangguan mental yang membuatnya tanpa sengaja menumpuk sampah di kamarnya itu.

Dia ada gangguan hoarding disorder, bukan sengaja, bukan mau nya juga, lebih ke gangguan kecemasan, lebih baik di tolong sih,” tulis seorang warganet. Pengguna lainnya menimpali, “Bener aku juga ngalamin. takut ketemu orng. piring 5 hari g kucuci smpai belatung.

Lantas, sebenarnya apa itu hoarding disorder? Berikut penjelasannya:

Mengenal Hoarding Disorder

National Health Service (NHS) mendefinisikan hoarding disorder sebagai kelainan yang membuat seseorang senang menimbun barang bekas, termasuk majalah, surat, perabotan rumah tangga, pakaian hingga kardus. 

Orang dengan gangguan ini percaya bahwa barang tersebut akan berguna pada kemudian hari. Mereka sering kali stres kalau harus menyingkirkan barang timbunannya, bahkan dalam beberapa kasus, mereka menganggap bahwa benda mati memiliki perasaan. 

Penyebab hoarding disorder sendiri sejatinya belum diketahui secara pasti. Kemungkinan, kondisi ini dipengaruhi genetik, gangguan fungsi otak, atau peristiwa kehidupan yang penuh tekanan.

Ada juga beberapa faktor yang memicu risiko hoarding disorder, terutama pada anak usia 11-15 tahun. Salah satunya adalah kepribadian, yang mana pengidap gangguan mental ini cenderung memiliki temperamen plin-plan.

BACA JUGA: Warganet Maklumi Pelecehan Nadin Amizah, Pertanda Misogini?

Selain itu, bisa juga dipicu peristiwa kehidupan penuh tekanan yang sulit untuk diatasi. Semisal, kematian orang yang dicintai, perceraian, penggusuran, atau kehilangan harta benda akibat kebakaran.

Hoarding disorder pun bisa pula dipicu oleh gangguan mental lainnya, seperti depresi, skizofrenia, serta gangguan obsesif kompulsif (OCD).

Bisakah Disembuhkan?

Hoarding disorder boleh dibilang sulit diobati. Sebab, banyak penderitanya tidak menyadari bahwa perilakunya bermasalah. 

Meski begitu, perawatan yang tepat bisa membantu penderita gangguan ini memperbaiki kualitas hidup. Salah satu pengobatan untuk penderita hoarding disorder adalah psikoterapi, tepatnya berupa terapi perilaku kognitif. 

Pada terapi ini, dokter akan melatih pasien untuk menahan keinginan menimbun barang, serta belajar membuang barang yang tertumpuk. Di samping itu, hoarding disorder juga bisa ditangani dengan obat-obatan. 

Namun, peresepan obat ini hanya diberikan bila si penderita juga mengidap gangguan mental lainnya, seperti depresi dan gangguan kecemasan. Demikianlah sekilas pembahasan mengenai hoarding disorder. 

Kalau Anda mengenal orang lain atau merasa diri sendiri punya kecenderungan menyimpan barang bekas, tak ada salahnya berkonsultasi dengan ahli. Semoga bermanfaat!

Editor: Ranto Rajagukguk

Related