Visi Jangka Panjang SKK Migas melalui Komersialisasi Gas Bumi

marketeers article
Visi Jangka Panjang SKK Migas melalui Komersialisasi Gas Bumi. (Dok. SKK Migas)

Dalam menghadapi tantangan visi jangka panjang SKK Migas untuk memastikan pasokan gas bumi yang berkelanjutan dan berdaya saing di Indonesia, diperlukan strategi komersialisasi gas bumi yang efektif dan komprehensif. Dalam konteks ini, terdapat dua strategi utama yang perlu dipertimbangkan, yaitu strategi “pull” dan “push”, yang diharapkan mampu memaksimalkan potensi dan pemanfaatan gas bumi dalam negeri.

Mustafid Gunawan, Direktur Pembinaan Program Migas, Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM menekankan pentingnya kolaborasi dan integrasi tersebut untuk mewujudkan visi jangka panjang SKK Migas terkait pemanfaatan gas bumi di Indonesia. Dalam pandangannya, hanya dengan bergerak bersama dan bekerja sama dengan seluruh pemangku kepentingan, cita-cita tersebut dapat diwujudkan secara lebih efektif.

“Strategi komersialisasi gas bumi yang berorientasi pada peningkatan permintaan (pull) dan pengembangan sarana transportasi (push) serta dilandasi oleh kolaborasi dan integrasi antarstakeholder akan memainkan peran krusial dalam mencapai visi jangka panjang SKK Migas,” ujar Mustafid lewat virtual, Sabtu (22/7/2023).

Strategi “pull” adalah pendekatan komersial yang bertujuan untuk mengembangkan permintaan (demand) lebih dekat kepada pasokan (supply). Salah satu fokus utama dari strategi ini adalah pengembangan sektor petrokimia, terutama di area timur Indonesia.

BACA JUGA: Raih Kontrak Baru, Pertamina Bakal Garap Blok Migas di Algeria 35 Tahun

Melalui pengembangan sektor ini, potensi pemanfaatan Dimethyl Ether (DME) sebagai alternatif Liquefied Petroleum Gas (LPG) dapat dioptimalkan. DME dapat menjadi solusi yang efisien untuk mengurangi ketergantungan pada impor LPG.

Selain itu, strategi “pull” juga melibatkan pengembangan Gas to Liquids (GTL) dan pengembangan fasilitas smelter guna mendiversifikasi pemanfaatan gas bumi dan menciptakan nilai tambah lebih besar bagi sektor industri dalam negeri. Di sisi lain, strategi “push” adalah pendekatan komersial yang berfokus pada pengembangan sarana transportasi gas bumi untuk memastikan kelancaran pemenuhan kebutuhan gas bumi dari pasokan menuju permintaan eksisting. 

Salah satu langkah krusial dari strategi ini adalah pengembangan pipa transmisi, seperti proyek Cirebon-Semarang dan Dumai-Sei Mangke, yang akan menghubungkan daerah-daerah produsen gas dengan wilayah konsumen utama. Selain itu, pengembangan fasilitas kilang gas alam cair (LNG) baik dalam skala kecil maupun menengah juga menjadi bagian integral dari strategi “push” ini. 

Dengan demikian, ketersediaan LNG dapat dipastikan di berbagai wilayah, mendukung mobilitas dan pemanfaatan gas bumi secara efisien.

BACA JUGA: Jaga Bisnis Hulu Migas, Pertamina Agresif Temukan Sumur Eksplorasi

Penting untuk menyadari bahwa kolaborasi dan integrasi menjadi dua elemen kunci dalam mengimplementasikan kedua strategi tersebut. Kolaborasi yang erat antara para pelaku di sektor hulu, tengah, dan hilir gas bumi serta semua stakeholder terkait akan membuka potensi sinergi yang luar biasa.

Dengan terjalinnya kolaborasi yang baik, pemanfaatan gas bumi Indonesia dapat diintegrasikan secara optimal, menciptakan sinergi dan meminimalkan pemborosan sumber daya.

“Pemanfaatan potensi gas bumi Indonesia secara optimal akan memberikan dampak yang signifikan bagi pertumbuhan ekonomi, keberlanjutan energi, dan kemandirian industri dalam negeri, membawa manfaat positif bagi masyarakat Indonesia secara keseluruhan,” tutur Mustafid. 

Editor: Ranto Rajagukguk

Related