Waspada Penyakit Kulit dari Pakaian Thrifting, Ini Tips dari Dokter

marketeers article
Ilustrasi (Foto: 123rf)

Tren membeli pakaian bekas atau dikenal dengan istilah thrifting semakin digemari, khususnya di kalangan anak muda. Selain karena harganya lebih terjangkau, pakaian bekas juga sering kali menawarkan pilihan gaya yang unik dan beragam.

Namun, di balik tren itu, ada risiko kesehatan yang tidak boleh diabaikan. Adissa Tiara Yulinvia, Dokter Spesialis Dermatologi dan Venereologi dari Universitas Gadjah Mada (UGM), menjelaskan bahwa penyakit kulit bisa menular melalui kontak langsung antara kulit dan pakaian bekas yang tidak higienis.

BACA JUGA: Mengenal Egg Freezing, Pembekuan Sel Telur yang Dilakukan Luna Maya

“Pakaian bekas yang tidak dibersihkan dengan benar dapat mengandung organisme penyebab infeksi seperti bakteri, virus, jamur, dan parasit. Selain itu, pakaian tersebut juga bisa memicu reaksi alergi atau iritasi pada kulit,” jelasnya, dikutip dari ugm.ac.id, Kamis (8/5/2025).

Untuk mencegah risiko tersebut, Adissa menyarankan untuk mencuci pakaian bekas sebelum dipakai. Idealnya, pakaian harus direndam selama 2–3 jam dalam air bersuhu sekitar 60 derajat Celsius yang telah dicampur deterjen atau disinfektan.

“Jangan dicampur dengan pakaian lain saat mencuci. Setelah itu, jemur hingga kering lalu setrika untuk memastikan kebersihan pakaian,” tambahnya.

BACA JUGA: Kurangi Paparan Mikroplastik dalam Makanan dengan 5 Kebiasaan Ini

Selain itu, Adisaan menekankan penting untuk menyimpan pakaian di tempat yang kering dan memiliki kelembaban udara rendah. Pasalnya, mikroorganisme penyebab infeksi cenderung bertahan lebih lama di lingkungan yang lembap.

Ia juga mengimbau agar masyarakat segera memeriksakan diri ke dokter apabila mengalami gangguan kulit setelah mengenakan pakaian bekas. “Kebersihan dan kewaspadaan adalah kunci pencegahan. Jangan anggap sepele keluhan kulit yang muncul setelah menggunakan baju hasil thrifting,” tegasnya.

Editor: Bernadinus Adi Pramudita

Related

award
SPSAwArDS