Bisnis Co-Living, Prospek Menggiurkan Bagi Investor

marketeers article

Konsep hunian dengan fasilitas komprehensif, harga terjangkau, dan lokasi strategis, seperti co-living semakin banyak diminati masyarakat urban. Namun saat ini belum banyak pengembang atau pengelola yang membuat konsep properti seperti co-living.

Senior Associate Director Colliers International Ferry Salanto mengungkapkan konsep ini mirip seperti kos-kosan, yakni fasilitas umum dapat dipakai bersama. Dan, peluang ini dapat dimanfaatkan oleh para pengembang dan pengelola dalam mengembangkan bisnisnya.

“Kebutuhan orang untuk sewa hunian yang terjangkau dan lokasi strategis masih sangat besar, sementara pasokannya belum banyak. Saya lihat potensi ini cukup baik bagi pengembang dan pengelola yang ingin bermain dibisnis ini,” terang Ferry.

Hal itu dapat dilihat dari sedikitnya jumlah pekerja kelas menengah yang tinggal di tengah kota. Sebab, kebanyakan pemain apartemen/hunian sewa di tengah kota lebih diperuntukan bagi kelas memengah atas. Sehingga kelas menengah bawah lebih memilih hunian berupa kos-kosan.

Di sisi lain, kos-kosan yang ada saat ini konsepnya pun belum sesuai harapan para pekerja. Dimana dari layanannya hanya begitu-gitu saja, dan tidak memiliki konsep yang jelas. “Dari sisi bangunan, ada pengelola yang mengklaim properti yang dikelolanya itu co-living, tapi konsepnya masih kayak apartemen biasa, belum ada sesuatu yang mencirikan kalau itu co-living,” bebernya.

Oleh karena itu, potensi dan peluang bisnis untuk menciptakan hunian co-living masih terbuka lebar. Pilihan untuk Pengembangan co-living bisa bermacam-macam, contohnya developer yang bangun, lalu menjual ke investor untuk disewakan. Atau developer mendirikan satu bangunan untuk co-living lalu dikelolanya sendiri.

“Bisa juga bangunan co-living dibangun lalu ditawarkan ke operator untuk pengelolaan. Potensi bisnisnya besar, dan bisnis co-living biasanya hidup dari penyewaan,” terang Ferry.

Tidak hanya itu, konsep hunian seperti apartemen juga bisa diperkecil ukurannya dan dibentuk co-living dengan harga mendekati kos-kosan. Model ini akan banyak peminatnya. Hunian yang lebih rapih juga bonafit, bisa lebih laku dibandingkan kos-kosan biasa.

“Properti yang harus digerakkan itu yang bisa menjangkau end user dan bisa diterima soal harga. Investor bisa masuk ke segmen co-living karena punya potensi yang sangat besar, dan pemainnya juga belum banyak,” tegasnya.

Related