BKF: Ekspor Mei 2022 Tumbuh di Tengah Potensi Krisis Global

marketeers article
Ketidakpastian Global, Mendag Serukan Kinerja Perdagangan Digenjot. (FOTO: Kemenkeu Foto/Biro KLI)

Kinerja ekspor Indonesia mencatatkan tren positif secara year on year (yoy) pada Mei 2022 ini. Pasalnya, kinerja ekspor Indonesia mampu tumbuh di tengah ketidakpastian situasi geopolitik dan tekanan pasar secara global. Angka ekspor Indonesia pada Mei 2022 menyentuh angka US$ 21,51 miliar atau meningkat 27% dibandingkan periode serupa tahun 2021 lalu. Seperti diungkap oleh Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan (BKF Kemenkeu) RI. 

Catatan positif itu terdorong sejumlah aktivitas perdagangan komoditas secara akumulatif hingga mendekati pengujung kuartal kedua tahun 2022 ini. Dari sisi produksi, kinerja ekspor Indonesia di bidang pertambangan tumbuh paling tinggi pada Mei 2022 secara year-on-year (yoy) hingga menembus 114,2%. Diikuti oleh pertumbuhan ekspor sektor pertanian dan manufaktur yang masing-masing tumbuh 20,32% dan 7,78%.

“Kenaikan harga komoditas global yang terjadi saat ini berdampak pada kinerja ekspor terutama komoditas energi, mineral, dan logam. Pertumbuhan ekspor non-migas yang terus berlanjut akan semakin menguatkan fundamental ekonomi nasional,” kata Febrio Kacaribu, Kepala BKF Kemenkeu RI, dalam keterangan resminya pada Kamis (16/6/2022).

Jika ditelaah lebih jauh ekspor migas dari Indonesia selama Januari sampai Mei 2022 ini mencatatkan pertumbuhan sebesar 35,9% secara year to date (ytd). Adapun nilai ekspor untuk kategori non-migas juga berada dalam tren positif secara ytd dengan pertumbuhan mencapai 36,4%. Kinerja ekspor non-migas masih mampu mencatatkan kinerja baik, terlepas adanya pelarangan ekspor crude palm oil (CPO) secara temporer.

Febrio menyebut juga catatan impor Indonesia secara yoy turut mengalami kenaikan hingga 30,74%, layaknya transaksi ekspor Indonesia pada Mei 2022 ini. Meskipun jika dibandingkan secara bulanan, kinerja impor Indonesia mengalami perlambatan sebesar -5,81%. Salah satu penyebabnya adalah gangguan rantai pasok akibat pembatasan sosial skala besar di Cina.

“Pertumbuhan impor barang modal dan bahan baku menunjukkan masih kuatnya permintaan dalam negeri seiring masih berlanjutnya ekspansi aktivitas industri. Sementara itu, pertumbuhan konsumsi yang tumbuh lebih tinggi di bulan Mei 2022 jika dibandingkan April 2022 menunjukkan  kuatnya pemulihan daya beli masyarakat,” ujar Febrio menambahkan.

Berkat catatan pertumbuhan ekspor secara yoy pada Mei 2022, secara keseluruhan neraca perdagangan Indonesia masih membukukan surplus sebesar US$ 2,9 miliar. Tingginya surplus neraca perdagangan ditambah relaksasi kebijakan pelarangan ekspor CPO sejak Mei 2022 lalu, diprediksi meningkatkan kembali kinerja ekspor dan pertumbuhan PDB pada kuartal kedua tahun 2022.

Related