Dolar AS Melemah Picu Kenaikan Harga Minyak Dunia

marketeers article
Pengeboran minyak dan gas Pertamina. Ilustrasi: Humas Pertamina.

Harga minyak dunia naik lebih dari 1% pada perdagangan Kamis (15/2/2024) yang disebabkan oleh penurunan nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS). Tercatat, mata uang Paman Sam turun sekitar 0,3% setelah data menunjukkan penjualan ritel AS turun lebih dari perkiraan pada bulan Januari 2024.

Berdasarkan data yang dipublikasikan Reuters, minyak mentah Brent ditutup naik US$ 1,26 atau 1,5%, menjadi US$ 82,86 per barel. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS naik US$ 1,39 atau 1,8%, menjadi US$ 78,03 per barel.

BACA JUGA: Harga Minyak Dunia Naik Tipis Imbas Ketegangan Timur Tengah

Phil Flynn, Analis Price Futures Group menjelaskan pada bulan lalu, penjualan ritel turun 0,8%. Dengan demikian, data tersebut mendorong optimisme terhadap penurunan suku bunga Federal Reserve atau The Fed yang dapat berdampak positif bagi permintaan minyak.

“Penurunan suku bunga kembali dilakukan dan itu memberi kita sedikit dorongan,” kata Phil Flynn dilansir dari Reuters, Jumat (16/2/2024).

BACA JUGA: Imbas Konflik Geopolitik Dunia, Harga Minyak Terkerek 6% Sepekan

Kendati demikian, harga minyak dunia akan dibatasi oleh Badan Energi Internasional (International Energy Agency/IEA) yang menyebut permintaan minyak akan kehilangan momentum terbaiknya. Hal itu mendorong badan tersebut memangkas perkiraan pertumbuhan produksi minyak tahun 2024 menjadi 1,22 juta barel per hari (bph) dari target sebelumnya 1,24 juta barel per hari.

Dari sisi pasokan, IEA memperkirakan pasokan akan tumbuh sebesar 1,7 juta barel per hari pada tahun ini. Jumlah tersebut naik dari perkiraan sebelumnya sebesar 1,5 juta barel per hari.

Sebelumnya, pada Rabu (14/2/2024) kedua kontrak harga minyak acuan tersebut mengalami penurunan lebih dari US$ 1 per barel. Hal ini disebabkan oleh kenaikan pasokan minyak mentah di AS.

Faktor lainnya yang menyebabkan penurunan harga karena adanya resesi yang menghantam berbagai negara industri. Misalnya, Inggris jatuh ke dalam resesi pada paruh kedua tahun 2023 ketika produk domestik bruto (PDB) terkontraksi sebesar 0,3% pada kuartal IV tahun 2023.

Selanjutnya, pada kuartal III tahun 2023, negara tersebut mengalami kontraksi sebesar 0,1%. Tidak hanya itu, Jepang secara tak terduga tergelincir ke dalam resesi pada akhir tahun lalu, sehingga menyerahkan gelarnya sebagai negara dengan perekonomian terbesar ketiga di dunia kepada Jerman.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related