Fenomena David vs Goliath di Industri AMDK

marketeers article
Sumber: 123RF

Pertarungan bisnis air minum dalam kemasan (AMDK) kian menarik perhatian berbagai pakar bisnis. Terbaru, konsultan manajemen dan inovasi Indrawan Nugroho memberikan analisisnya mengenai persaingan bisnis di industri yang bernilai triliunan rupiah tersebut.

Indrawan menyebut persaingan ini bak perjuangan David versus Goliath, kisah legendaris pada masa lampau yang menggambarkan pihak kecil, lemah dan tak diperhitungkan yang justru mampu mengalahkan musuhnya yang jauh lebih besar, kuat, dan berpengalaman. Belakangan, momen David vs Goliath ini sering muncul di bisnis. 

Misalnya, ketika merek baru hadir di pasar dan sukses merebut pasar pesaing lama. Indrawan yang juga merangkap sebagai Founder dan CEO Corporate Innovation Asia (CIAS) menilai pendatang baru AMDK, seperti Cleo, Club dan Le Minerale rupanya telah menggoyang kemapanan Aqua selaku pemimpin pasar.

BACA JUGA: Kompetisi AMDK Bebas Senyawa Berbahaya Diperkirakan Makin Sengit

“Yang membuat kisah ini semakin menarik adalah karena adanya gerakan masif dan strategis dari para pemain kecil yang berupaya untuk menggoyang sang penguasa pasar. Bisa dibilang, ini adalah momen David vs Goliath di industri AMDK,“ kata dia dalam video YouTube bertajuk Ketika Si Kecil Melawan Raksasa AMDK.

Di Indonesia, pasar AMDK sangat masif. Berdasarkan data Statista, nilai pasar AMDK Indonesia pada tahun 2022 mencapai US$ 10,24 miliar, atau Rp 152 triliun pada tahun 2022, kelima terbesar di dunia yang digarap oleh 900 perusahaan dengan lebih dari 2.000 merek. 

Data ini juga memprediksi angka akan terus bertumbuh hingga 26,5% dalam lima tahun ke depan, menjadi US$ 12,95 miliar.

Mengutip data dari Asosiasi Produsen Air Minum Kemasan Nasional (Asparminas), Indrawan menyebutkan pada awal tahun 2023, penjualan AMDK kemasan galon bebas BPA meningkat dari 6% menjadi 8% .

Berbagai merek AMDK pun menggunakan jurus masing-masing untuk merebut hati dan dompet masyarakat Indonesia. 

Contohnya, Le Minerale. Indrawan menyebut, merek ini menggunakan strategi pemasaran edukatif yang menekankan benefit air mineralnya yang mengandung unsur mineral baik. Sementara itu, Cleo mengibarkan pesan bahwa airnya mengandung oksigen murni yang seimbang, sehingga menyegarkan. 

Berbagai merek lain pun aktif beriklan dan memperkuat saluran distribusinya dengan jurus masing-masing. Agus Hermanto, Dosen Periklanan Universitas Muhammadiyah Jakarta turut menyebutkan Le Minerale memiliki kekuatan dengan iklan yang gencar dan distribusi, alias placing yang masif. 

“Le Minerale pun memberikan insentif yang lebih menarik ke jaringan distribusinya sehingga distributor mereka lebih tertarik dalam memasarkan Le Minerale, “ ujar Agus.

Agus melanjutkan selain visi dan misi, eksistensi berkomunikasi ke pasar juga diperlukan dalam menjalankan strategi branding. Sebagai produsen, promosi pun tak hanya ke masyarakat, namun juga pasar jaringan distribusi, yakni pedagang kecil, besar, hingga wholesaler.

BACA JUGA: Ini 3 Merek Air Mineral dalam Botol Pilihan Gen Z

Le Minerale yang didukung induknya, Mayora juga aktif menggelar CSR. Seperti yang dilakukan di Bogor, fasilitas foodcourt di berbagai lokasi dengan bekerja sama dengan Pemerintah Kota Bogor.  

Hal ini pun membuat kawasan usaha mikro, kecil dan menengah (UKM) dan pedagang kaki lima yang sebelumnya terlihat kurang layak menjadi sangat indah dan nyaman.

“Strategi yang dilakukan Le Minerale sebenarnya strategi lazim dalam marketing public relation, yakni trade promotion. Dengan program CSR, Mayora atau Le Minerale membangun foodcourt untuk pedagang kaki lima secara gratis. Karena itulah pedagang akhirnya mengutamakan produk Mayora atau Le Minerale untuk dijual di sana,” ucap Agus.

Kesigapan dan kreativitas Le Minerale dalam strategi promosi dan distribusi ini pun berbuah positif. Pangsa pasarnya meningkat setiap tahun. 

Editor: Ranto Rajagukguk

Related