Gandeng Qyos, Nestle Luncurkan Studi Kemasan Isi Ulang

marketeers article
Mesin isi ulang produk Nestle. Sumber gambar: Marketeers/Tri Kurnia Yunianto.

PT Nestle Indonesia dan Nestle R&D Singapura meluncurkan studi pasar kemasan isi ulang kedua dengan tujuan mengurangi kemasan sampah plastik produknya. Studi ini akan dilakukan selama enam bulan ke depan dengan menggaet kerja sama perusahaan rintisan (startup) Qyos yang fokus mengembangkan kemasan ramah lingkungan.

Samer Chedid, Presiden Direktur Nestle Indonesia mengatakan studi kemasan isi ulang ditargetkan untuk bisa mengurangi satu per tiga penggunaan plastik resin baru. Kemudian, memastikan lebih dari 95% kemasan dirancang untuk dapat didaur ulang pada tahun 2025, serta menargetkan 100% kemasan dapat didaur ulang atau diguna ulang.

BACA JUGA: Tantangan 2023, Nestle Indonesia Optimistis Bisnis Tetap Tumbuh

“Kami sedang dalam perjalanan mencapai net zero emission dengan melampaui keberlanjutan, untuk membantu melindungi, memperbaiki, dan memperbaharui bumi untuk generasi mendatang. Sebagai bagian dari perjalanan ini, Nestlé melakukan pengembangan kemasan berkelanjutan dengan meluncurkan studi pasar isi ulang yang kedua,” kata Samer dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (9/3/2023).

Adapun studi tersebut dilakukan dengan menggunakan mesin untuk melakukan isi ulang produk Milo dan Koko Krunch selama empat hingga enam bulan ke depan. Variannya tersedia dalam gramasi 100 gram hingga 1 kilogram (Kg) untuk produk Milo.

Sementara itu, produk Koko Krunch tersedia dalam gramasi 50 hingga 350 gram. Mesin isi ulang Nestlé x Qyos akan ditempatkan di dua lokasi ritel, di antaranya Naga Swalayan Simatupang, Jakarta Selatan dan Farmers Market Summarecon Mall Serpong, Tangerang yang aktif beroperasi pada tanggal 15 Maret 2023.

BACA JUGA: Tegaskan Prinsip Sustainability, Ini Empat Fokus Utama

Samer menyebut tujuan dari studi ini untuk mengukur seberapa besar minat pelanggan dalam mengonsumsi produk-produk yang ramah lingkungan. Apabila hasilnya menunjukkan hasil yang positif, Nestle akan menggunakannya secara massal. 

Sebaliknya, apabila hasilnya negatif, maka perusahaan bakal melakukan evaluasi lagi. Tak hanya itu, tujuan lain dari studi tersebut, yakni memberikan edukasi kepada masyarakat terkait dengan produk-produk ramah lingkungan sehingga masyarakat akan lebih memberikan perhatian terhadap keberlanjutan lingkungan.

“Dalam beberapa tahun terakhir, Nestlé memiliki komitmen untuk mengembangkan inovasi pengemasan, meminimalkan penggunaan plastik, dan mendorong perilaku daur ulang. Salah satunya melalui kolaborasi Nestlé dan Qyos sebagai upaya dalam mendukung Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia No.75 tahun 2019 mengenai peta jalan pengurangan sampah oleh produsen pada 2029,” ujarnya.

Sementara itu, Eline Leising, Kepala Program, Enviu Indonesia menambahkan Qyos merupakan bagian dari venture-builder Enviu Indonesia yang merupakan mitra kolaborasi dalam studi ini. Perusahaan menyediakan menyediakan stasiun refill otomatis untuk produk rumah tangga, yang ditempatkan di toko-toko di area tinggal masyarakat.

Inovasi yang dihadirkan oleh Nestlé x Qyos melalui mesin isi ulang ini dapat menjadi alternatif bagi para konsumen untuk membeli produk Nestlé yaitu Milo dan Koko Krunch yang dilakukan dengan cara isi ulang. Konsumen yang ingin melakukan pembelian dapat membawa wadah makanan sendiri yang kedap udara, bersih, kering, tidak berbau, dan tidak pernah digunakan sebagai kemasan nonmakanan dan minuman, atau dapat membeli wadah makanan yang tersedia di lokasi.

“Penanganan masalah sampah plastik merupakan tantangan sistematis, dan membutuhkan kolaborasi dari berbagai pihak. Kami sangat senang dapat menjadi bagian yang mendukung program kolaborasi antara Qyos dengan Nestlé, produsen terkemuka di industri food and beverage (F&B) serta fast moving consumer good (FMCG). Kami berharap kolaborasi dan studi bersama Qyos dan Nestlé dapat secara signifikan mendukung pengurangan sampah plastik dari hulu,” ucap Eline.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related