Google Bard Update Fitur, Akan Segera Dimonetasi?

marketeers article
Google Bard Update Fitur, Akan Segera Dimonetasi? (FOTO: 123RF)

Google memberikan pembaruan atau update pada AI miliknya, yakni Bard. Sejumlah pembaruan dan penambahan dilakukan dalam Bard untuk meningkatkan kualitas layanan yang dimiliki Google.

Untuk bahasa dan lokasi, Google menambahkan beberapa bahasa baru. Total bahasa yang diakomodasi oleh AI milik Google ini mencapai 40 bahasa, termasuk Bahasa Indonesia. Dari sisi lokasi, Bard kini dapat diakses dari 230 negara lebih.

“Dan saat kami membawa Bard ke lebih banyak wilayah dan bahasa dari waktu ke waktu, kami akan terus menggunakan Prinsip AI kami sebagai panduan, memasukkan umpan balik pengguna, dan mengambil langkah-langkah untuk melindungi privasi dan data orang,” kata Amarnag Subramanya, VP Engineering Bard dalam konferensi virtual yang digelar, Kamis (13/7/2023).

BACA JUGA: Dituding Latih Bard AI Pakai ChatGPT, Google Angkat Bicara

Selain penambahan akses lokasi dan bahasa, Bard kini diimplementasikan juga ke dalam layanan Google Lens. Google Lens merupakan layanan milik perusahaan yang dapat mendeteksi objek melalui kamera, kemudian memunculkan informasi terkait objek. Lens juga bisa digunakan untuk menterjemahkan bahasa asing ke dalam bahasa pilihan pengguna.

Fitur text-to-speech atau pengubahan teks menjadi suara milik Bard juga sudah bisa dilakukan dalam 40 bahasa. Selain itu, nada Bard dalam merespons perintah pengguna bisa diubah menjadi lima mode, yakni sederhana, panjang, pendek, profesional, atau santai.

BACA JUGA: Chairman Alphabet: Google Masih Ragu Rilis Bard untuk Saingi ChatGPT

“Misalnya, Anda dapat meminta Bard untuk membantu Anda menulis daftar pasar untuk kursi antik, lalu mempersingkat respons menggunakan drop-down. Fitur ini aktif dalam bahasa Inggris dan akan segera diperluas ke bahasa baru,” kata Subramanya.

Dengan sejumlah pembaruan, Subramanya menyebut monetisasi masih belum fokus pengembangan Google Bard sekarang. Monetisasi layanan AI generatif ini sudah dilakukan salah satu pengembang AI lain, yakni OpenAI.

“Fokus kita sekarang lebih pada pengembangan produk. Monetisasi masih perlu dipertimbangkan lagi,” tuturnya.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related