HK75 The Timeless Guru: Learn, Think, Share: Kisah Seorang Guru Abadi

marketeers article
HK75 The Timeless Guru: Learn, Think, Share (Foto: Hafiz/Marketeers)

Begawan Pemasaran Hermawan Kartajaya atau yang akrab disapa HK belum lama ini meluncurkan film dokumenter berjudul “HK75 The Timeless Guru: Learn, Think, Share.”

Dokumenter ini terdiri dari tiga episode yang menceritakan tentang kisahnya sebagai guru seumur hidup melalui tiga teladan yang harus dimiliki oleh seorang guru, yaitu Learn, Think, dan Share.

Hermawan Kartajaya dikenal sebagai salah satu dari “50 Gurus Who Have Shaped the Future of Marketing” bersama dengan Philip Kotler, David Aaker, Seth Godin, dan figur dunia lainnya. Beberapa karya yang ia hasilkan antara lain buku trilogi Marketing 3.0, 4.0, 5.0, hingga karya terbarunya, yaitu Entrepreneurial Marketing.

Perjalanan wirausahanya dimulai setelah ia mengambil keputusan untuk keluar dari jabatannya sebagai Direktur Distribusi PT HM Sampoerna untuk memulai sebuah perusahaan konsultasi, MarkPlus. Tepat pada 1 Mei 1990, Hermawan Kartajaya resmi memulai harinya sebagai entrepreneur.

Hermawan Kartajaya – Timeless Guru Eps. 1: Learn

Memutuskan untuk menjadi entrepreneur bukanlah hal yang mudah baginya. Namun, Hermawan Kartajaya ingin membuktikan bahwa ia berani mengambil risiko dan berani berkolaborasi dengan orang lain.

Nekat, memang. Apalagi, sebelumnya ia memegang jabatan tinggi di salah satu perusahaan besar Indonesia. Tetapi, ia memegang prinsip bahwa its better to be a big fish in a small pond rather than to be a small fish in a big pond.

Tahun 1990, ia membuka perusahaan konsultan marketing bernama MarkPlus. Namun, perusahaan baru benar-benar berjalan pada tahun 1998. Selama delapan tahun, ia berusaha untuk membuat perusahaannya dikenal di pasar.

Ia menjajakkan dirinya dengan mengisi seminar-seminar secara gratis, diberi upah pun tidak banyak. Namun ia tetap melakukannya dengan senang hati. Sampai akhirnya, datang kesempatan, tepatnya saat krisis 98 melanda.

Saat itu, ia diundang ke Moscow, Rusia dan bertemu dengan Philip Kotler, Bapak Marketing Modern Dunia. 2 tahun setelah pertemuan mereka, ia merilis buku pertamanya bersama Philip Kotler, yakni “Repositioning Asia.”

Philip Kotler kepincut dengan HK yang saat itu membawa konsep 9 core of element of marketing. Menurutnya, HK mampu simplify the complex thing. Tak berhenti di situ, ia juga merilis karya-karya lainnya.

Pemikirannya selalu up-to-date. Sehingga, karyanya selalu berevolusi, seperti Marketing 3.0 yang saat ini sudah berevolusi menjadi Marketing 5.0

Semua hal ini ia dapatkan karena ia menyadari, zaman terus berubah. Pemasaran pun akan terus berubah. Ilmu yang ia miliki di hari ini, belum tentu dapat ia praktikan di kemudian hari. Sebab itu, ia tidak pernah membuang kesempatan dan waktu untuk mengembangkan diri, untuk terus belajar. Intinya, ia adalah a continuous learner.

“Learning means enriching content and understanding context,” Hermawan Kartajaya, 2022.

BACA JUGA: Hermawan Kartajaya: Promosi Budaya Perlu Peran CI-EL

Hermawan Kartajaya – Timeless Guru Eps. 2: Think

Selain seorang yang haus belajar, ia juga seorang pemikir. Ia memiliki pemikiran yang mendalam, terutama mengenai marketing. Hasil dari pemikirannya kemudian ia sederhanakan dan akhirnya melahirkan konsep-konsep pemasaran yang dipasarkan ke dunia.

Sebagai contoh, Hermawan Kartajaya menyederhanakan marketing menjadi 9 elemen, yang akhirnya dikenal sebagai 9 Elemen Inti Pemasaran.

Terdiri dari segmentation + targeting + positioning (STP), differentiation + marketing mix + selling (DMS), brand + service + process (BSP). 9 Elemen tersebut dikelompokkan menjadi STV-triangle, yaitu strategy (mind-share), tactic (market-share), dan value (heart-share) yang menjadi dasar dari semua kegiatan bisnis.

Selain itu, HK juga mengeluarkan konsep CI-EL. Terdiri dari konsep Creativity, Innovation, Entrepreneurship, dan Leadership. Konsep ini merupakan pegangan bagi para pebisnis dalam menghadapi era VUCA (Volatility, Unvertainty, Complexity, dan Ambiguity).

CI-EL ini juga dipasangkan dengan empat elemen lain, yakni PI-PM (Productivity, Improvement, Professionalism, Management). Menariknya, Hermawan Kartajaya merepresentasikan konsep CI-EL dengan mitologi asal Indonesia, Punokawan.

“Thinking is connecting the dots and making the simple framework,” Hermawan Kartajaya, 2022.

BACA JUGA: Hermawan Kartajaya: Budaya Punya Peran Penting dalam Marketing

Hermawan Kartajaya bukan orang yang pelit membagikan segudang ilmunya, pemikirannya ke orang lain. Ia merupakan guru yang sangat humble dan inspiring. Ajarannya pun mudah untuk ditangkap. Hal ini menjadikannya guru yang dipercaya berbagai kalangan, baik di Indonesia maupun internasional.

Baginya, belajar itu adalah sharing. Apapun yang ia pelajari, pasti akan ia berikan ke orang lain, tidak pernah disimpan sendiri. Justru, Hermawan Kartajaya senang ilmu yang ia bagikan bisa dipraktekkan orang lain, hingga orang tersebut menjadi sukses.

Berdasarkan penuturannya, ia ingin menjadi guru yang tidak ada batasnya. Bahkan, saat ia meninggal pun, ia masih ingin menjadi guru. Inilah sebabnya, saat ia memasuki umur ke-75 atau yang disebut sebagai golden age ini, ia memutuskan untuk menjadi cadaver.

Cadaver adalah mayat manusia yang digunakan oleh mahasiswa Kedokteran, dokter, ahli anatomi, dan sebagainya untuk belajar anatomi. Setelah ia meninggal, ia akan menyumbangkan jenazahnya kepada mahasiswa Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya.

“Sharing is spreading the framework and inspiring the other people”, Hermawan Kartajaya, 2022.

Ketiga perjalanannya ini ditampilkan dengan menarik ke dalam visual film dokumenter besutan Sutradara Yusron Fuadi. HK75 The Timeless Guru: Learn, Think, Share sudah dapat ditonton melalui platform Vidio.

Saksikan lah kisah perjalanan Hermawan Kartajaya sebagai guru abadi melalui pendapat orang-orang tentangnya.

Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz

Related