Kunjungi AS, Bahlil Lahadalia Bawa Investasi US$ 500 Juta

marketeers article
Bahlil Lahadalia (FOTO: Dok Kementerian Investasi/BKPM)

Pemerintah terus berupaya menarik investor asing untuk mau menanamkan modalnya di Tanah Air. Usaha untuk menarik investasi dilakukan untuk menjaga pertumbuhan ekonomi nasional.

Bahlil Lahadalia, Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) melakukan kunjungan kerja ke Amerika Serikat (AS). Dalam kunjungan tersebut, dia menyaksikan penandatanganan perjanjian pra-kera sama antara SEG Solar Inc. bersama ATW Group dengan Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB).

BACA JUGA: Lawatan ke Arab Saudi, Bahlil Lahadalia Bidik Investasi EBT

Bahlil menyebut perjanjian itu terkait dengan lahan di KITB untuk rencana investasi SEG Solar dengan ATW Group senilai US$ 500 juta atau setara Rp 7,5 triliun (kurs Rp 15.045 per US$) di bidang energi hijau, yaitu industri pembuatan panel surya dan modul surya. Kerja sama ini juga merupakan bagian dari usaha pemerintah mendorong transisi energi.

“Ini merupakan proses awal dalam rangka mendorong keterbukaan antara kita dengan AS. Apalagi dengan adanya Inflation Reduction Act (IRA) yang dapat memengaruhi minat investasi perusahaan ke Indonesia dan juga terhadap ekosistem kendaraan listrik secara global,” kata Bahlil melalui keterangannya, Sabtu (24/5/2023).

BACA JUGA: Bahlil Ungkap Potensi Investasi Hilirisasi SDA Senilai US$ 545,3 Miliar

SEG Solar melalui perusahaan joint venture-nya dengan ATW Group dari Indonesia akan membangun fasilitas manufaktur panel surya dan modul surya berkapasitas hingga 5 Giga Watt (GW). Proyek tersebut akan menciptakan lapangan kerja bagi sekitar 2.000 tenaga kerja Indonesia.

Sementara itu, Duta Besar Luar Biasa Berkuasa Penuh Republik Indonesia untuk AS Rosan Perkasa Roeslani menyampaikan apresiasinya atas kehadiran dan dukungan dari pemerintah dalam perjanjian ini. Dia bilang melalui upaya yang luar biasa, serta pertemuan dengan berbagai pemangku kepentingan, dapat dihasilkan suatu kesepakatan yang konkret khususnya dalam bidang investasi.

Ditambah lagi dengan adanya insentif dari AS kepada perusahaan yang melakukan investasi di negara rekan (friendshoring). Perjanjian ini juga akan memperkuat kerja sama antara Indonesia dengan AS.

“Kerja sama yang akan segera direalisasikan tahun depan ini tidak hanya akan memberikan kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi namun juga mendukung transisi energi dan juga penciptaan lapangan pekerjaan,” kata Rosan.

Editor: Ranto Rajagukguk

    Related