Kuntoro Mangkusubroto Meninggal Dunia, Berikut Barisan Kiprahnya

marketeers article
Kuntoro Mangkusubroto di Kantor MarkPlus, Inc. (FOTO: MarkPlus, Inc)

Kuntoro Mangkusubroto meninggal dunia pada Minggu (17/12/2023) pagi. Mantan Menteri Pertambangan dan Energi Era Presiden Soeharto dan Wakil B.J Habibie itu meninggal pada usia 76 tahun.

Mantan menteri ini memiliki sejumlah kiprah krusial dan gemar membagikan pengetahuannya kepada masyarakat. Salah satunya lewat The Jakarta Chief Marketing Officer (CMO) Club pada tahun 2011 lalu.

Dalam kegiatan rutin itu, Kuntoro Mangkusubroto tengah menjabat sebagai Ketua Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4). Saat Jakarta CMO Club yang digelar di Mandarin Oriental Hotel, Jakarta itu, ia menyampaikan Special Lecture bertajuk ‘Monitoring National Priority and Debottlenecking Development Program: The Public Innovative Initiative‘.

Selain itu, pendiri School of Business & Management (SBM) ITB ini juga sempat menjadi tokoh kunci dalam kerja sama antara MarkPlus, Inc. dan SBM ITB pada tahun 2015. Saat itu, ia berperan membidani kerja sama MarkPlus. Inc dan SBM ITB dalam program Strategic Marketing Executive MBA atau SMEMBA.

BACA JUGA:  CMO Club Edisi Ulang Tahun MarkPlus ke-21

Dikutip dari CNBC pada Minggu (17/12/2023), pria dengan nama dan gelar lengkap Prof. Dr. Ir. Kuntoro Mangkusubroto, M.Eng ini menghembuskan nafas terakhir RSCM Kencana, Jakarta Pusat pada pukul 01.03 WIB.

Pria kelahiran 14 Maret 1947 ini sendiri sempat mengenyam pendidikan di Institut Teknologi Bandung (ITB) dalam angkatan tahun 1972. Kariernya didominasi oleh nuansa pemerintahan khususnya di bidang pertambangan.

Selain di ITB, ia juga sempat mengenyam pendidikan Universitas Northeastern dan Universitas Stanford jurusan Teknik Industri di tahun 1976. Pada 1997, ia melanjutkan studi S2 Teknik Sipil di Universitas Stanford. Kemudian pada 1982 menempuh S3 Ilmu Teknik bidang Ilmu Keputusan di ITB.

Pada tahun 1983, ia mengawali karier sebagai staf ahli Menteri Muda Urusan Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri (UP3DN) hingga 1988. Selain itu, ia juga sempat menjadi Pembantu Asisten Administrasi Menteri Sekretaris Negara RI pada tahun 1984.

BACA JUGA: Jakarta CMO Club: Pengelolaan Nikel Harus Menerapkan Green Mining

Kemudian, ia menjabat posisi Direktur Utama PT Tambang Batubara Bukit Asam (1988-1989), dan Direktur Utama PT Tambang Timah (1989-1994). Pada tahun 1993-1997, ia menduduki posisi Direktur Jenderal Pertambangan Umum, Departemen Pertambangan dan Energi.

Hingga akhirnya pada tahun 1997-1998, ia menempati posisi Deputi Bidang Perencanaan Badan Koordinasi Penanaman Modal. Kemudian, ia menempati posisi Direktur Utama PLN pada tahun 2000 hingga 2001.

Sepanjang kiprahnya, ia sempat mendapat beberapa penghargaan. Pada tahun 1999, ia mendapat anugerah Bintang Mahaputera Adipradana dari Pemerintah Indonesia.

Selain itu, Jepang menganugerahkan Bintang Tanda Jasa the Order of the Rising Sun, Gold and Silver Star kepada Kuntoro atas kontribusinya terhadap hubungan kedua negara. Anugerah tersebut ia terima pada 13 Mei 2023.

Kembali dalam kegiatan Jakarta CMO Club, dalam special lecture-nya, Kuntoro mengatakan Indonesia merupakan negara dengan 240 juta penduduk dan menjadi salah satu negara Asia yang masih mengalami pertumbuhan positif di tengah krisis ekonomi global. Di tingkat domestik, pasca-Reformasi 1998, Indonesia mengalami tahap reformasi secara simultan, yakni reformasi politik, ekonomi, dan pemerintahan.

BACA JUGA: UGM dan MarkPlus Institute Resmikan Program Doctor of Business Administration

Ia menambahkan untuk tumbuh dan berkelanjutan, 80% investasi harus datang dari sektor swasta. Sektor swasta, sambung Kuntoro, akan berinvestasi hanya kalau segala hal dalam keadaan kondusif dan berjalan pada jalurnya. Bagi Kuntoro, tantangan dalam bentuk peraturan yang saling bertentangan maupun tumpang tindih, termasuk adanya kekosongan otoritas dan kurangnya koordinasi bisa menjadi hambatan dalam pencapaian tujuan pembangunan.

“Peran UKP4 tidak lepas dari program pemerintah berdasarkan visi kabinet SBY-Boediono 2009-2014 yang tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional,” kata Kuntoro.

Ia juga menambahkan, indikator keberhasilan peran UKP4 di akhir pemerintahan kabinet tahun 2014 adalah pertumbuhan ekonomi 7% dan penurunan angka kemiskinan sebesar 8-10% dan penurunan pengangguran sebesar 5-6% Menariknya, saat itu ia juga sempat menyinggung soal internet dan digitalisasi.

“Internet telah membuahkan kontrol publik atau mendukung partisipasi pengawasan dari publik atas kinerja pemerintahan. Dengan bekal kamera berponsel dan terkoneksi internet, publik dengan cepat bisa menyampaikan laporan dan keluhannya. Selain itu, Internet telah mendukung komunikasi yang efektif dan efisien dengan mengusung konsep low budget high impact,” kata Kuntoro.

Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz

Related