Rahasia dan Strategi HijUp Terus Berkembang Sejak Tahun 2011

marketeers article

Indonesia menjadi negara dengan mayoritas penduduk memeluk agama Islam. Hal ini membuat Diajeng Lestari selaku Founder HijUp melihat pasar Indonesia sangat potensial.

HijUp sebagai pelopor Islamic fashion e-commerce ingin menjembatani para lokal desainer untuk memperluas jangkauan pasar. Melalui HijUp, Diajeng ingin mendobrak stigma yang melekat di masyarakat terkait perempuan yang menggunakan hijab terkesan tradisional dan tidak stylish.

Perjalanan HijUp sejak tahun 2011 memang tidak mudah. Empat tahun pertama, HijUp fokus mencari tahu seperti apa produk marketingnya dengan melakukan survei hingga ke Malaysia dan Singapura. Hasil survei menyebutkan, rata-rata masyarakat kelas menengah ke atas mengutamakan kualitas produk. Sementara pada kelas menengah  ke bawah mengutamakan kenyamanan. 

Setelah mendapat insight tersebut, kini HijUp membuktikan keberhasilannya dengan bertahan selama 10 tahun di Indonesia. Saat ini, merek ini sudah memiliki 200 tenant yang menyasar segmen menengah ke atas maupun menengah ke bawah.

“Seseorang cenderung ingin dideskripsikan mengenai identitasnya, sebab itu berkolaborasi dengan desainer lokal yang telah dikenal di kanca internasional merupakan strategi awal. Dalam dunia fashion perlu tertanam passion yang kuat untuk menghasilkan keterikatan emosional,” tambah Diajeng pada acara Diplomat Success Challenge 12 Webinar seri 2 Jumat, 16/07/2021).

Tidak berhenti di empat tahun pertama, tantangan kembali hadir di masa pandemi COVID-19. HijUp mulai mengatur kembali strategi untuk bisa beradaptasi di masa pandemi.

“Perubahan perilaku konsumen kini lebih tertarik berbelanja online, sehingga kami melebarkan pasar online melalui Instagram Shop dan marketplace. Meskipun sejak awal kami sudah aktif di media sosial lainnya. Selain itu, upaya yang kami lakukan yaitu turut mengganti harga produk menjadi lebih terjangkau dan tetap menjaga kualitas produk,” ujar Diajeng.

Ia menambahkan, sebuah merek perlu membangun brand equity yang kuat agar menghasilkan pelanggan setia, keuntungan hingga aset. Dengan begitu merek yang dibuat lebih bernilai. Salah satunya, dengan terlibat dalam berbagai gelaran fesyen yang sudah terkenal. “Kami ikut berbagai kegiatan berskala internasional melalui Fashion Week di beberapa negara. Hal ini dapat menjadi investasi kegiatan merek di masa pandemi,” papar Diajeng. Menurutnya,

Bukan hanya perilaku konsumen yang berubah, namun kebutuhan para tenant turut berubah. Saat ini, tenant bukan hanya perlu dibantu dalam penjualan produk, namun dari sisi pemasaran dan finansial terutama proses produksi.

“Melihat kebutuhan ini, HijUp menyediakan modal yang sesuai dengan syariah. Kami tidak ingin menjadi platform saja, namun turut menjadi ekosistem yang mampu mengembangkan Muslim modest fashion,” tutup Diajeng.

 

Editor: Eko Adiwaluyo

Related