Beragam Alasan Startup e-Learning Akan Booming di 2018

marketeers article
50325481 executive working browsing a tablet in a park sitting in a bench

Berkat teknologi dan jaringan internet semakin memudahkan individu untuk memperkaya ilmunya. Salah satunya dengan metode belajar online. Metode ini mulai digemari, pasalnya lebih mudah diakses oleh masyarakat. Tak hanya itu, metode ini dinilai lebih menguntungkan karena dapat menghemat waktu belajar, biaya, serta lebih efektif.

Sebuah laporan baru berjudul “Indonesia Digital Education and E-Learning Market Outlook to 2018 – Rising Trend of Blended to Drive the Future Growth’ mencatat bahwa total pengeluaran untuk pendidikan digital di Indonesia telah berkembang dalam lima tahun terakhir, dan  ada peningkatan kolaborasi antara institusi pendidikan dan penyedia pendidikan digital untuk melengkapi kelas mereka dengan fasilitas pendidikan digital.

Tentunya, ini merupakan titik cerah bagi segmen e-learning di Indonesia. Indonesia juga diproyeksikan menjadi Top 5 Buyers of mobile learning products and services di seluruh dunia bersama China, Amerika Serikat, India, dan Brazil. Hal ini mendasari Squline, sebuah platform belajar bahasa secara online, untuk mengembangkan bisnis dan menjawab potensi yang digadang-gadang selama ini.

“Squline hadir untuk memenuhi permintaan kebutuhan akan keterampilan bahasa asing  di tanah air. Squline.com adalah platform pembelajaran online yang dibuat untuk menghubungkan siswa dengan guru bahasa asing profesional seperti Bahasa Inggris, Bahasa Mandarin, dan Bahasa Jepang,” ujar Tomy Yunus, CEO Squline.

Baginya Squline juga menawarkan pendekatan pembelajaran bahasa baru dengan menghubungkan siswa dengan guru asli di seluruh dunia untuk berlatih dan meningkatkan kemampuan bahasa percakapan, kapanpun dan di manapun. Ia juga meyakini metode pembelajan seperti yang diterapkan oleh Squline semakin memudahkan individu untuk memperkaya kemampuan bahasanya.

“Kami percaya cara terbaik untuk belajar bahasa adalah belajar dari guru asing melalui interaksi dengan guru professional sebanyak mungkin,” imbuhnya.

Tomy menegaskan bahwa semua sesi belajar di Squline menggunakan teknologi One on One Live Video. Dengan sistem ini siswa tidak hanya melihat dan mendengar guru melalui video tetapi diberikan panduan pelajaran dan materi pembelajaran berdasarkan tingkat keahlian siswa.

“Ketika siswa hanya disuguhi materi dan mempelajarinya sendiri, tentu ini tidak akan efektif. Jadi, value kami adalah two way interactions antara guru dan murid sehingga dalam proses pembelajaran, guru bisa memberikan koreksi atau feedback bagi siswa,” jelas Tomy.

Menyasar kalangan mahasiswa, karyawan, dan professional usia 22-28 tahun, Squline kini memiliki sekitar 2.500 siswa dengan persentase 93%  Indonesia dan 7% lain asing.

 

Editor: Eko Adiwaluyo

Related