Viral Korban Inses Diduga Alami Stockholm Syndrome, Apa Itu?

marketeers article
Ilustrasi stockholm syndrome (Foto: 123rf)

Jagat maya tengah dihebohkan dengan seorang korban inses di Bengkulu yang menunjukkan perilaku mirip gejala stockholm syndrome. Dugaan itu muncul karena perempuan berinisial R ini justru menangis saat kakaknya ditangkap polisi dan memintanya segera pulang.

Meski sudah tiga kali dihamili, korban yang baru berusia 16 tahun itu menunjukkan simpatinya terhadap pelaku. Perilaku yang demikian dianggap tidak biasa karena alih-alih membenci sang kakak, korban malah memeluknya seolah tak ingin berpisah darinya.

Halodoc menyebut perasaan positif yang ditunjukkan oleh korban terhadap pelaku kekerasan memang termasuk sebagai salah satu gejala stockholm syndrome. Sindrom ini juga membuat korban mengalami gejala lain yang mirip dengan gangguan stres pasca-trauma (PTSD).

BACA JUGA: Mengenal Skizofrenia, Gangguan yang Dialami Ibu Bunuh Anak di Bekasi

Lantas, sebenarnya apa yang membuat seseorang mengalami stockholm syndrome dan bagaimana cara menanganinya? Berikut penjelasannya:

Faktor Risiko

Stockholm syndrome memang dikenal sebagai gangguan yang dialami korban penyanderaan. Namun faktanya, sindrom ini juga dapat terjadi pada situasi tertentu seperti kasus pelecehan, hubungan toxic, dan perdagangan seks.

Pada kasus pelecehan, pelaku sering mengancam korbannya dengan menyakiti, bahkan akan menghabisi nyawanya. Korban mungkin mencoba untuk tidak membuat marah pelaku dengan menjadi patuh. 

Hubungan toxic, seperti pelecehan dan inses yang berlangsung selama bertahun-tahun, juga dapat membuat korban mengembangkan perasaan positif atau simpati untuk pelaku. Mereka bahkan bisa mengembangkan keterikatan emosional dengan pelakunya.

Para psikolog menduga jika sindrom ini merupakan cara korban untuk mengatasi stres atau trauma yang berlebihan akibat kasus-kasus tersebut.

BACA JUGA: 5 Cara Mendukung Pasangan yang Alami Gangguan Mental

Cara Menanganinya

Tidak ada pengobatan khusus bagi penderita stockholm syndrome. Namun, biasanya psikiater akan menggunakan beberapa metode demi mengatasi situasi traumatis, seperti peresepan obat antiansietas untuk mengatasi kecemasan yang dialami.

Selain itu, psikoterapi juga akan dilakukan untuk menangani sindrom ini. Dalam psikoterapi, penderita akan diajarkan untuk mengatasi pengalaman traumatiknya.

Bila Anda atau keluarga dan kerabat Anda ada yang mengalami gejala stockholm syndrome, cobalah konsultasikan ke psikiater agar dapat diberikan penanganan yang tepat.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related

award
SPSAwArDS