Waspada! Bahaya Catfishing di Dunia Maya Sedang Marak

marketeers article
Young woman having online date with fake boyfriend. Concept of internet fraud

Catfishing merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan penipuan yang menggunakan identitas online palsu untuk mengelabuhi korban. Penipu biasanya menggunakan foto dan informasi orang lain untuk menciptakan persona online yang dapat dipercaya, dan kemudian memikat korban untuk selanjutnya korban dijebak dalam berbagai penipuan dan berujung pada tindakan kriminal. Fenomena ini tengah marak terjadi di jagat maya.

Dengan meningkatnya kekhawatiran akan potensi kejahatan daring melalui catfishing, Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (Kemenkominfo) melalui Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi menghadirkan edukasi digital untuk masyarakat Indonesia melalui program daring “Obral Obrol liTerasi Digital: Mengenal Fenomena Penipuan Catfishing” beberapa waktu lalu.

“Internet memungkinkan orang untuk melakukan identity play, dalam arti seseorang bisa membuat identitasnya sendiri sehingga Ia bisa menjadi apa saja karakter yang diinginkan di dunia maya. Sayangnya, teknologi ini juga digunakan untuk melakukan sejumlah penipuan,” ujar Dewan Pengarah Siberkreasi/ICT Watch Donny B.U.

Fenomena catfishing ternyata menjadi faktor risiko utama bagi para pengguna aplikasi kencan. Sebuah studi dari Kaspersky menyatakan, 65% dari total 18.000 responden di 27 negara, termasuk Indonesia, mengungkapkan kekhawatirannya terhadap aplikasi kencan. Dan yang menyedihkan, 15% dari total responden melaporkan bahwa mereka pernah mengalami penipuan. Dari berbagai modus penipuan, catfishing menjadi modus operandi nomor satu dengan 51% dari mereka yang menjadi sasaran pernah terjebak di dalamnya.

Ada ciri-ciri utama yang dapat dijadikan acuan untuk mengidentifikasi catfishing, yaitu menolak melakukan video call, menghindari pertemuan tatap muka, dan membatasi komunikasi hanya melalui chat dan voice call.

“Kemungkinan besar, pelaku catfishing berperilaku seperti itu untuk melindungi identitasnya agar tidak terbongkar. Jadi, korban tidak akan tahu wajah pelaku catfishing yang sebenarnya,” ujar Pemeriksa Fakta MAFINDO Bentang Febrylia.

Lebih lanjut, Relationship Expert & Psikolog, Dian Wisnuwardhani memandang fenomena catfishing terjadi ketika orang tidak nyaman dengan dirinya sendiri, sehingga pelaku tidak dapat menunjukkan pribadi aslinya tanpa penyamaran.

“Dari sudut pandang psikologi, ini disebut identity confusion. Jadi mereka bingung dengan diri mereka sendiri. Ketika kita menggunakan Facebook atau Instagram, lalu sering mengambil foto dengan menggunakan filter dibandingkan tampil alami, ini menunjukkan bahwa ada sesuatu yang terjadi dengan kepribadian orang tersebut,” tutup Dian.

Related