Perang tarif lewat kebijakan tarif baru Amerika Serikat tengah menjadi sorotan dunia. Namun, di balik dampak ekonomi yang terlihat, ada ancaman lain yang diam-diam mengintai: peningkatan kejahatan siber.
Ketika harga barang naik dan pasar menjadi tidak stabil, pelaku kejahatan memanfaatkan situasi ini untuk melancarkan berbagai aksi penipuan daring.
Salah satu dampak langsung dari perang tarif adalah meningkatnya permintaan atas barang-barang tertentu, terutama yang diperkirakan akan menjadi lebih mahal. Dalam kondisi ini, banyak konsumen tergesa-gesa ingin membeli sebelum harga naik.
Para penipu memanfaatkan peluang ini dengan membuat situs belanja palsu yang tampak meyakinkan, lengkap dengan tawaran “diskon sebelum tarif.” Konsumen yang tidak waspada bisa saja tergoda dan tanpa sadar menyerahkan data pribadi atau informasi keuangan kepada pelaku kejahatan.
“Akibatnya bisa fatal—mulai dari pencurian identitas hingga kehilangan uang,” kata Roman Dedenok, Pakar Keamanan di Kaspersky Threat Research dalam siaran persnya kepada Marketeers, Selasa (22/4/2025).
BACA JUGA: Harga Sawit Hari Ini 9 April Turun Lagi Imbas Perang Tarif Dagang
Perang tarif juga menyebabkan gangguan rantai pasokan. Banyak perusahaan dan pembeli individu akhirnya mencari alternatif produk dari sumber lain, yang belum tentu aman. Dalam situasi ini, muncul risiko produk palsu yang berisi malware.
Contoh nyata ditemukan oleh tim Kaspersky, yang mendeteksi malware berbahaya bernama Triada pada ponsel Android palsu. Malware ini sudah tertanam sejak awal dan mampu memberikan kendali penuh atas perangkat kepada pelaku kejahatan.
“Akibatnya, data pribadi, aset kripto, dan akun media sosial bisa diretas dengan mudah. Ini menunjukkan betapa bahayanya produk dari pemasok yang tidak jelas asal-usulnya,” lanjut Dedenok.
BACA JUGA: Kaspersky: Kasus Phising Tahun 2024 Hampir Mencapai 900 Juta Serangan
Ketidakpastian ekonomi akibat perang tarif juga membuat pasar investasi lebih rentan. Penipu memanfaatkan momen ini untuk menawarkan investasi bodong dengan janji keuntungan besar yang katanya “dijamin.”
Kadang, mereka menyamar sebagai perusahaan finansial resmi atau membuat situs investasi palsu.
Baru-baru ini, postingan di media sosial soal kabar jeda tarif sempat memicu lonjakan pasar yang bernilai triliunan dolar.
Namun, kabar tersebut ternyata tidak benar dan memunculkan dugaan skema “pump-and-dump,” di mana pelaku memanfaatkan kepanikan pasar untuk mencari keuntungan.
Untuk menghindari jebakan ini, konsumen disarankan untuk:
- Selalu memverifikasi keaslian toko online
- Gunakan metode pembayaran yang menawarkan perlindungan terhadap penipuan
- Jangan mudah tergiur oleh harga atau diskon yang terlalu bagus
Sementara itu, investor juga perlu lebih hati-hati. Lakukan riset secara menyeluruh, hanya percaya pada sumber informasi yang terpercaya, dan waspadai penawaran yang datang tiba-tiba dan menjanjikan keuntungan besar dalam waktu singkat.
Editor: Eric Iskandarsjah Z