Inovasi Teknologi Puff Diklaim Bisa Atasi COVID-19

marketeers article

PT PUF Sains Lab, Nucleus Farma, dan Profesor Nidom Foundation telah bekerja sama dalam pengembangan dan penggunaan formula BCL melalui teknologi PUFF untuk mengatasi COVID-19. Formula BCL berfungsi sebagai receptor blocker untuk menghalau COVID-19, agar tidak menempel di paru-paru. Formula ini terdiri dari beberapa kandungan, yaitu BCL (Bromhexine Hydrochloride), Guaiphenisin, dan zat lainnya.

Keunggulan PUFF adalah mengadopsi teknologi Perforated Heating Plate (PHP) yang sudah dipatenkan. Pada teknologi ini, terdapat lubang-lubang di plat coil, sehingga akan menghasilkan panas yang lebih merata. Dengan demikian, aerosol uap yang dihasilkan dari alat PUFF lebih baik.

Prof. Chaerul Anwar Nidom, Ketua Tim Riset Corona dan Formulasi Vaksin Professor Nidom Foundation mengatakan, jika paru-paru sudah terinfeksi, akan sulit sekali untuk direhabilitasi. Apalagi saat ini belum ada obatnya, perawatan yang diandalkan sekarang adalah infus vitamin.

“Beberapa rumah sakit menggunakan chloroquine dan tambahan oksigen untuk respirasi. Oleh karena itu, terkait formula BCL, kami mendapat respons positif dari rekan-rekan dokter serta akademisi,” papar Nidom dalam laporannya.

Guru Besar Biologi Molekuler UNAIR itu menjelaskan, formula BCL bekerja dengan cara mengikat receptor virus corona di paru-paru, bukan mengganggu atau membunuh virusnya. Jika virus tidak menempel di receptor ACE2 paru-paru, maka virus tidak dapat berkembang biak dan akan mati dengan sendirinya. 

“Kita tidak boleh hanya menggunakan konsep yang monoton dalam menghadapi COVID-19. Salah satu cara menangani virus ini yang diusulkan oleh teman-teman fakultas kedokteran adalah dengan mengendalikan receptor blocker,” tuturnya.

Di sini, formula BCL yang diaplikasikan melalui penguapan atau aerosol dapat digunakan oleh mereka yang berisiko tinggi terpapar COVID-19. Mereka adalah para dokter dan tenaga medis yang bertugas di garis depan, pasien atau penderita COVID-19, dan ODP (Orang Dalam Pengawasan).

“Pasien Dalam Pengawasan (PDP) yang mengisolasi diri di rumah juga bisa menggunakan formula BCL ini,” tutur Virologist senior yang sudah meneliti virus selama 35 tahun, termasuk penelitian virus Ebola, virus SARS dan MERS ini.

Secara teknis, dibutuhkan tools khusus seperti device yang membantu proses penguapan formula BCL ke paru-paru. Untuk itu, PT PUF Sains Lab menghadirkan perangkat PUFF. 

“Perangkat PUFF dapat difungsikan sebagai drug delivery system (DDS) untuk mengantarkan formula obat melalui metode aerosol atau penguapan,” Edward Basilianus, CEO Nucleus Farma.

Mekanisme ini juga dapat digunakan sebagai obat anti influenza atau batuk yang berhubungan dengan respiratory dan pulmonary, seperti sesak nafas dan obat mukolitik.

PUFF juga diklaim aman untuk digunakan karena didesain dengan konsep closed-system sehingga cairan di dalamnya tidak dapat diubah, ditambahkan, dan diisi ulang. Perangkat ini beda dengan perangkat open-system yang cairannya bisa dimasukkan ke dalam perangkat tanpa memerhatikan takaran yang dianjurkan oleh ahlinya.

”PUFF didirikan di Indonesia oleh tim berpengalaman yang terdiri dari insinyur, ilmuwan, ahli kimia, petinggi di industri FMCG, ritel, elektronik, dan obat – obatan alami,” ujar Iwan Setiawan, Presiden Direktur PT PUF Sains Labs.

Di sini, perusahaan berkomitmen untuk mencapai misi untuk meningkatkan kualitas hidup orang banyak melalui ilmu dan inovasi yang memanfaatkan bahan alami. Untuk itu, seluruh bagian produk PUFF, baik perangkat maupun PUFFpod atau cartridge telah memenuhi standar keselamatan dan kualitas internasional.

Mulai dari Restriction of Hazardous Substances (RoHS) hingga Electromagnetic Compatibility (EMC). Perangkat ini juga telah menjalani pengujian dan inspeksi ekstensif. 

“Paten PUFF (patent WIPO) sudah didaftarkan di beberapa negara di benua Amerika, Eropa, Asia, termasuk China dan Indonesia,” tutup Iwan.  

Related