Modern Marketing Talk: Medan Pertempuran Para Marketeer adalah Digital

marketeers article
Rohit Dadwal, Managing Director MMA Global APAC (Foto: MMA Global Indonesia)

Dunia yang semakin terbuka dan perilaku konsumen yang mengalami transformasi yang nyata, membuat lanskap pemasaran dan periklanan turut bergeser. Dari sini, para pemimpin organisasi harus bekerja dengan teknologi yang sangat canggih untuk mencapai pertumbuhan, namun tetap menjaga tujuan dan sasaran brand mereka yang sebenarnya. Kondisi ini yang menjadi bahasan dari The Modern Marketing Talk 2022 yang digelar oleh MMA Global Indonesia, asosiasi perdagangan pemasaran global.

Dalam menggodok acara ini, MMA Global Indonesia bermitra dengan Google, TikTok, Grab, Integral Ad Science (IAS), dan The Trade Desk. Diisi oleh para pakar industri senior, sesi-sesi di Modern Marketing Talk berfokus pada solusi pemasaran inovatif berdasarkan penelitian terbaru tentang perilaku konsumen.

“Bagi para pemimpin pemasaran, medan pertempurannya saat ini adalah digital. Sangat penting bagi mereka untuk mengembangkan kerangka kerja yang solid yang akan membantu perusahaan bertemu pelanggannya. Sebab itu, pemasar harus menggunakan MarTech yang canggih dan praktik-praktik berdasarkan data yang berorientasi pada pendekatan yang lebih personal,” jelas Rohit Dadwal, Managing Director MMA Global APAC dalam laporannya.

Di sisi lain, Antoine de Carbonnel, Board of Director MMA Global Indonesia & CCO Gojek Indonesia menekankan peran MMA dalam ekosistem digital yang terus berkembang. Menurutnya, MMA merupakan asosiasi yang sangat penting bagi industri pemasaran di Indonesia karena perkembangan dunia digital yang begitu pesat.

“Saya selalu terkesan dengan banyaknya waktu dan pemikiran yang digunakan oleh MMA BOD dan tim dalam mengembangkan program industri dan menjalin hubungan dengan berbagai pemangku kepentingan dalam ekosistem,” ujarnya.

Salah satu highlight penting dari acara tersebut adalah dirilisnya Brand Safety and MarTech Report 2022. MMA Global Indonesia berkolaborasi dengan organisasi pemasaran dan periklanan paling berpengaruh dan mapan di Indonesia serta para thought leaders untuk mengumpulkan riset terbaru tentang outlook, tren, data, teknologi, dan strategi yang akan membuka jalan bagi masa depan industri.

Laporan ini memberikan data dan analisis yang tajam di seluruh spektrum industri pemasaran dan periklanan. Penelitian yang disajikan di sini dapat membantu para profesional di bidang pemasaran memetakan perencanaan untuk strategi MarTech . Riset ini juga ingin memastikan bahwa para brand dapat sejalan dengan perkembangan dan peraturan terkait brand safety.

“Sejak pandemi, fokus industri kita tertuju pada digitalisasi. Untuk membantu transformasi ke ranah digital ini, kami bekerja sama dengan industry experts untuk mengumpulkan riset dan analisis berbasis data yang terhimpun dalam MMA Brand Safety and MarTech Report 2022,” jelas Shanti Tolani, Country Head & Board of Director MMA Global Indonesia.

Laporan ini tidak hanya menyoroti tren pemasaran yang inovatif tetapi juga solusi strategis untuk tantangan yang dihadapi industri saat berhadapan dengan lanskap digital yang terus berkembang.

Bagian penting dari laporan ini adalah Brand Safety Survey 2022 yang dilakukan oleh MMA Global Indonesia dan Decision Lab. Survei tersebut melibatkan para profesional dari berbagai industri untuk mengetahui kondisi brand safety di Indonesia.

Riset menunjukkan bahwa 73% responden mengetahui dan menerapkan pedoman peraturan untuk sektor mereka. Selain itu, 56% dari mereka yang disurvei menegaskan bahwa organisasi mereka telah memiliki pedoman pengendalian pembajakan.

Survei lebih lanjut menekankan pentingnya brand safety. Data menunjukkan bahwa lebih dari separuh audiens sadar akan pemborosan yang timbul tanpa pedoman brand safety.

Laporan tersebut juga menyoroti pergeseran paradigma yang muncul dengan timbulnya pandemi. Dengan latar belakang ini, Tokopedia menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan berinvestasi secara signifikan dalam digitalisasi bisnis dan ecommerce mereka berkontribusi 54% dari pertumbuhan ekonomi digital.

Di sisi lain, tren ecommerce yang diprediksi akan bernilai US$ 1 triliun di APAC pada tahun 2025 akan mengacu pada konsep Shoppertainment, yakni ‘entertainment-first, commerce-second’. Penelitian menunjukkan bahwa Indonesia memiliki volume Shoppertainment yang tinggi. GMV Shoppertainment saat ini mencapai US$ 6,5 miliar dan diperkirakan akan tumbuh pada CAGR sebesar 62% hingga melebihi US$ 27 miliar pada tahun 2025.

Related