Terapkan Circular Economy, Tetra Pak Jaga Keseimbangan Profit dan Alam

marketeers article

Tetra Pak sebagai perusahaan pemrosesan dan pengemasan makanan dan minuman memiliki konsentrasi terhadap isu sosial. Perusahaan asal Swedia ini menerapkan prinsip circular economy dalam menjalankan proses bisnisnya. Salah satunya dengan mendaur ulang kemasan produk yang dibuatnya. Upaya ini bertujuan untuk menjaga keseimbangan antara bisnis yang mereka jalankan dan kondisi alam agar tetap terjaga.

Konsepnya sederhana, Tetra Pak mencoba untuk memutar rantai produksi agar berkelanjutan. Siingkatnya, aktivitas Tetra Pak tidak selesai hanya saat melakukan produk kemasan dan mengemasnya. Limbah yang mereka hasilkan juga mereka kelola dan didaur ulang. Termasuk, penanaman pohon sebagai sumber material yang mereka pakai.

Pada 2018, Tetra Pak Indonesia bersama mitra pendaur telah mendaur ulang lebih dari 10.388 ton kemasan karton bekas minuman. Tidak hanya mengurangi dampak terhadap lingkungan, komitmen ini juga memberikan nilai ekonomis bagi para mitra usaha daur ulang.

“Aspek keberlanjutan selalu menjadi inti dalam komitmen kami untuk melindungi makanan, masyarakat, dan masa depan. Kami secara berkelanjutan bekerja untuk mencapai dampak lingkungan minimum di seluruh rantai pasokan,” ujar Reza Andrianto, Environment Manager PT Tetra Pak Indonesia di Jakarta.

Untuk mencapai misi tersebut, Tetra Pak memandang penting sebuah kolaborasi jangka panjang dengan para mitra-mitra seperti pengumpul sampah, pendaur ulang, pelanggan, pemerintah, komunitas, dan para pemangku kepentingan lainnya. Tujuannya adalah menyukseskan ambisi mengenai low carbon circular economy.

“Sejauh ini, tingkat daur ulang kami baru mencapai 21%. Kami menargetkan, 24% produk yang kami produksi akan kembali kepada kami untuk didaur ulang pada tahun depan,” lanjut Reza.

Upaya ini mereka lakukan tidak sendirian. Selain bersama dengan para mitra, Tetra Pak juga melakukan edukasi kepada masyarakat. Mereka mengajak para konsumen minuman kemasan karton untuk melakukan gerakan 3L (Lipat, Letak, dan Lepas) terhadap karton bekas minuman mereka.

Pada praktiknya, 3L bisa dilakukan dengan cara membuka lipatan atas dan bawah karton, letakkan sedotan ke dalam kemasan dan meratakannya, serta lepaskan kemasan di tempat sampah terpilah yang disediakan. Gerakan ini diharapkan mampu meningkatkan kepedulian konsumen dan masyarakat terhadap pemilahan sampah sejak dari sumbernya guna meningkatkan nilai ekonomi sampah, efektivitas dalam pengumpulan sampah sehingga semakin memperkuat ekosistem daur ulang khususnya pada kemasan karton bekas minuman.

 

Editor: Eko Adiwaluyo

Related